Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila Modul 6: Dimensi Bernalar Kritis Dimensi Bernalar Kritis
Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila
Dimensi Bernalar Kritis
Dimensi Bernalar Kritis
Video ini memberikan gambaran murid yang sudah memiliki dimensi bernalar kritis dalam dirinya. Materi dikemas dalam bentuk keseharian murid untuk memudahkan Ibu dan Bapak Guru memahami harapan dari dimensi ini.
Dalam video ini, kita juga akan mengenal 3 elemen kunci dari dimensi bernalar kritis.
Referensi:
SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sublemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka
Salam dan bahagia ibu dan bapak guru…..
Selamat datang di modul dimensi
bernalar kritis. Mari kita lihat harapan saat dimensi bernalar kritis telah
mewujud dalam diri pelajar Pancasila, agar kita semakin bersemangat untuk
memberikan stimulan terkait dimensi ini dalam kegiatan belajar para murid di
keseharian.
Gimana pencarian kalian
teman-teman
Banyak banget informasi di
internet ada berita jurnal ilmiah juga blog aku bingung eh
Sebaiknya kita berunding dulu
mau mengerjakan tugas Pak Toto seperti apa. Siapa tokoh atau orang yang mau
kita angkat sosoknya sebagai pahlawan di keseharian.
Dari tadi sebenarnya aku coba
cari di internet pakai kata kunci pahlawan, tapi itu terlalu umum dan
pencarianku malah jadi nggak fokus sih kamu gimana San?
Informasi di buku dan majalah
lebih spesifik tapi tampaknya kita perlupPilih jenis majalah yang tepat buat
jadi sumber informasi
Gimana kalau kita fokus ke
buku dan majalah buat cari referensi pahlawan dan tokoh-tokoh tahun 90-an. Nah
internet kita pakai buat cari informasi tentang tokoh setelah tahun itu sampai
sekarang
Oke tak coba tambahkan
beberapa kata kunci di internet deh dan jangan lupa ayo kita juga harus pakai
laman situs terpercaya sebagai sumber referensi. Keterbukaan terhadap akses
informasi membawa banyak keuntungan. Kami bisa mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dengan mudah dan cepat, namun ini juga memunculkan tantangan dan
masalah. Kami harus punya kemampuan literasi yang baik agar tepat memilah dan
memutuskan informasi mana yang telah teruji kebenarannya dan layak menjadi
sumber referensi.
Meski internet telah
mempermudah segalanya, keterampilan memperoleh informasi dari berbagai sumber
belajar seperti buku, majalah dan koran tetap perlu ditumbuhkan. Yang tadi
dilakukan adalah upaya kami untuk memperoleh dan memproses informasi dan
gagasan. Sebagai pelajar yang bernalar kritis kami mampu memilih dan memilah
sumber belajar, termasuk menyaringkan menginformasikan kebenaran informasi yang
didapatkan.
Pas nyari informasi di
internet aku sempat baca artikel, intinya si penulis bilang kalau cerita
sejarah itu sangat tergantung sudut pandang. Di era mana atau siapa tokoh yang
punya kepentingan saat sejarah itu dituliskan. Kalian pernah ndak menemukan
cerita sejarah tentang satu peristiwa tapi ditulis dari dua sudut pandang yang
beda. Sebagai pecinta sejarah aku pernah baca beberapa versi tentang peristiwa
Persiapan Kemerdekaan, jadi aku sepakat sama si penulis tadi.
Terus kalau gitu versi mana
yang bisa kita percaya ee
Tergantung tujuannya, kita
bisa saja menggunakan beberapa versi sekaligus kalau tujuannya untuk
menganalisis dan membandingkan.
Tapi beta jadi bingung ih beta
jadi tidak yakin sama cerita sejarah yang selama ini beta pelajari di kelas
Meragukan dan mempertanyakan
itu boleh-boleh aja tapi yo piye, menyebarkan info tanpa argumen atau cari tahu
lebih lanjut supaya ndak penasaran lagi
Betul banget ragu itu kan
bagian dari rasa ingin tahu yang kalau kita gali terus bisa membawa kita ke
wawasan yang lebih luas, asal kita mau baca dan menggali lebih dalam. Pelajar
bernalar kritis adalah pelajar yang berilmu yaitu cinta pada ilmu pengetahuan
dan memperkuat pengetahuan dan kemampuannya di berbagai disiplin ilmu. Pada
akhirnya ia akan menjadi sosok pembelajar sepanjang hayat dan menghargai ilmu
pengetahuan.
Dari hasil riset yang
dilakukan, kelompok kami menyimpulkan bahwa titel pahlawan tidak eksklusif
untuk mereka yang diberi penghargaan, di keseharian ada banyak orang yang dapat
disebut pahlawan. Jasa yang mereka berikan mungkin belum luas dampaknya tapi
mulai ada perubahan di tempat mereka berkarya. Anak muda yang fokus mengajak
warga untuk melakukan pemilahan sampah bisa disebut pahlawan lingkungan,
ibu-ibu yang membuat rumah baca atau perpustakaan di rumah bisa juga disebut
pahlawan literasi, bapak-bapak yang mengajak warga di RT nya memanfaatkan
sumber energi terbarukan juga bisa disebut pahlawan energi.
Demikian presentasi kelompok
kami tentang sosok pahlawan di keseharian silahkan bila ada yang ingin bertanya..
Bagaimana bila di suatu kawasan
pertambangan ada perusahaan yang memanfaatkan kegiatan sosial untuk kepentingan
perusahaan? Bagaimana kalian memakai untuk pahlawan tadi tidak memiliki tujuan
khusus dalam gerakan sosialnya?
Wah pendapat yang sangat
kritis deh bagus silahkan dijawab oleh kelompok Sando
Terima kasih Pak, sosok
Pahlawan yang tadi kami ceritakan punya benang merah yaitu melakukan aktivitas
sosialnya selama lebih dari 2 tahun, tapi saya juga setuju dengan Daya. Sangat
mungkin sebuah gerakan sosial diawali karena tujuan khusus seperti kepentingan
perusahaan.
Kalau gitu dalam memberikan
titel pahlawan pada seseorang selain melihat dampaknya kita juga perlu melihat
latar belakang gerakannya. Terima kasih Daya kami akan menambahkan hasil
diskusi dalam kesimpulan kami
Pelajar Indonesia tak hanya
pandai mengumpulkan dan menganalisis informasi kita juga perlu cakap dalam
menyampaikan hasil olah pikir kepada orang lain, selain itu perlu juga sikap
dan pikiran yang terbuka atas masukan dan masukan dari orang lain. Selama
pendapat masukan dan saran yang diberikan terbukti benar dan memiliki dasar
yang kuat.
Wah seru sekali melihat bagaimana
ketiga tokoh mengeksekusi tantangan tugas dari Pak Toto tentang pahlawan dalam
eksekusinya mereka menggunakan ketiga elemen dalam dimensi bernalar kritis. Ibu
dan bapak guru pelajar Indonesia membutuhkan kemampuan bernalar kritis untuk
mendukung pemunculan dan pengembangan potensi terbaiknya di bidang apapun. Kemampuan
kognitif sekarang perlu diperlakukan lebih dari sekedar mengingat dan menghafal
teori-teori semata, lebih dari itu pelajar Indonesia yang bernalar kritis akan
mampu memproses berbagai jenis informasi secara objektif kemudian dibangun
keterkaitannya, dianalisis, dievaluasi hingga memunculkan satu simpulan baru
yang memiliki dasar argumentasi kuat. Hasil pemikirannya tersebut kemudian
dapat disampaikan dengan baik, sistematis dan dapat dipahami. Mereka juga mampu
mempertimbangkan saran juga pengetahuan baru dari orang lain. Oleh karena itu
kemampuan literasi dan numerasi menjadi penting, bukan hanya kemampuan membaca
tapi juga memahami, menerjemahkan bahkan mengevaluasi informasi yang didapat.
Ibu dan bapak guru mari bayangkan
pelajar kita dengan nalar kritisnya, maka Indonesia akan memiliki generasi yang
cerdas memilih memilah dan memanfaatkan informasi. Tidak hanya sekedar menerima
tapi juga mengevaluasi informasi sebelum menyiarkannya kembali. Pada
materi-materi selanjutnya Ibu dan Bapak akan mengenal lebih lanjut tentang
setiap elemen dari dimensi bernalar kritis serta contoh pembelajarannya di
kelas.
Selamat belajar ibu dan bapak
guru hebat……
Salam dan bahagia ……….
Latihan Pemahaman
Refleksi
Ceritakan pengalaman yang berkesan ketika Ibu/Bapak mendapatkan pertanyaan kritis dari murid-muridnya.
Elemen Dimensi Bernalar Kritis
Elemen memperoleh dan memproses informasi dan gagasan
Elemen kunci pertama ini menumbuhkan rasa ingin tahu dalam diri pelajar dan juga kemampuan untuk memperoleh dan memproses informasi yang didapatkannya.
Materi ini membahas tahapan perkembangan elemen memperoleh dan memproses informasi dan gagasan di setiap fase murid. Video juga dilengkapi ragam strategi yang dapat guru terapkan dalam pelajaran untuk menumbuhkan elemen ini.
Referensi:
SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sublemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka
Salam dan bahagia ibu dan bapak
guru, pada video kali ini kita akan melanjutkan pembahasan mengenai elemen
dalam dimensi bernalar kritis. Sekarang mari kita bedah elemen yang pertama
yaitu elemen memperoleh dan memproses informasi dan gagasan. Bagaimana cara
menumbuhkan elemen ini pada murid?
Elemen memperoleh dan memproses
informasi dan gagasan terdiri dari dua subelemen utama yaitu pertama mengajukan
pertanyaan dan kedua mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengolah informasi.
Sekarang mari renungkan sejenak
pembelajaran selama ini dikelas. Bagaimana cara kita menanamkan sikap rasa
ingin tahu kepada murid? Lalu bagaimana cara membimbing murid untuk memperoleh
dan memproses informasi secara mandiri? Mari kita lihat perkembangan yang
diharapkan muncul pada murid untuk elemen ini.
Pada jenjang PAUD murid mampu
mengajukan pertanyaan yang sangat sederhana bahkan pertanyaan tersebut kadang
terdengar tidak masuk akal, namun pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk
memenuhi rasa ingin tahunya tentang diri dan lingkungannya. Jadi jika ibu bapak
guru PAUD memiliki murid-murid yang senang bertanya atas banyak hal, itu adalah
fondasi awal dalam perkembangan elemen ini. Pertahankan ya… murid PAUD juga
diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengolah informasi dan gagasan sederhana
misalnya setelah mendapatkan jawaban mengenai pertanyaan tentang angin, mereka
dapat menyimpulkan bahwa angin bisa membuat benda bergerak.
Pada akhir fase jenjang Sekolah
Dasar murid mampu mengajukan pertanyaan untuk membandingkan berbagai informasi
dan untuk menambah pengetahuannya, misalnya setelah belajar tentang hewan
karnivora, murid mengajukan pertanyaan tentang kucingnya yang mau makan nasi,
murid juga mampu mengumpulkan mengklasifikasikan membandingkan dan memilih
informasi dari berbagai sumber, juga memperjelas informasi dengan bimbingan
orang dewasa. Setelah memproses informasi mereka mampu menjelaskan pemahaman
dengan bahasanya sendiri. Berikan pemahaman bahwa ada banyak sumber informasi
selain guru yaitu buku, narasumber, teman atau dari internet. Tentunya pada
jenjang SD ini murid harus tahu bahwa mereka perlu mendapatkan bimbingan orang
dewasa dalam mencari tahu dan mengolah informasi.
Pada jenjang SMP murid mampu
mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi dan interpretasi informasi serta mencari tahu penyebab dan konsekuensi
dari informasi tersebut. Dari informasi yang diterimanya mereka mampu
mengidentifikasi, mengklarifikasi, menganalisis informasi yang relevan serta
memprioritaskan beberapa gagasan tertentu, misalnya murid mendapatkan suatu
kabar di sosial media. Secara kritis sebelum menyebarkan atau mempercayai,
murid berinisiatif mencari dan mengkonfirmasi kebenarannya di internet dengan
sumber yang dapat dipercaya seperti channel YouTube dokter atau portal
kesehatan resmi, bisa juga dengan bertanya kepada guru atau pada dokter
langsung. Setelah mendapatkan informasi yang cukup murid mampu mengambil
kesimpulan. Mereka pun secara tidak langsung akan menyadari bahwa informasi
yang tersebar tidak semuanya benar. Dari pemahaman ini murid pun akan lebih
kritis dan menyaring informasi yang diterimanya.
Pada jenjang SMA murid mampu
melihat permasalahan yang kompleks dan abstrak, kemudian secara kritis dapat
mengajukan pertanyaan untuk menganalisis, melakukan klarifikasi, menganalisis gagasan
dan informasi dari berbagai sumber serta memprioritaskan suatu gagasan yang paling
relevan dari hasil klarifikasi dan analisis. Misalnya ketika adanya kabar
perubahan kurikulum, murid mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis
tentang perubahan ini. Alih-alih membuat kesimpulan sepihak, murid melakukan
klarifikasi dan menganalisis informasi tentang kurikulum baru serta latar
belakangnya. Murid SMA juga diharapkan sudah mampu mengidentifikasi sumber yang
kredibel. Mereka pun mengumpulkan gagasan yang paling relevan untuk mengerucut
menjadi kesimpulan. Akhirnya murid dapat memahami alasan dari perlunya
penyesuaian pada kurikulum. Mereka pun bisa menghadapi perubahan dengan lebih
bijak. Contoh ini bisa diterapkan sebagai penelitian dalam pembelajaran
sosiologi misalnya.
Ibu dan bapak guru untuk
menumbuhkan elemen ini pada murid ada beberapa strategi yang bisa kita terapkan
di semua jenjang apapun mata pelajarannya. Pertama buatlah murid merasa
nyaman untuk bertanya, berikan respon yang baik atas setiap pertanyaan
murid. Bisa saja ada knit yang perlu mengumpulkan keberanian terlebih dahulu
untuk bertanya, jadi keberanian itu perlu kita apresiasi dan jaga. Berikan juga
ruang pada murid untuk bertanya secara pribadi, sama halnya dengan murid yang
bertanya diluar topik. Berikan apresiasi dan pemahaman bahwa kita bisa
mendiskusikan hal tersebut di luar jam belajar. Kedua berikan stimulus
agar memantik murid bertanya alih-alih memberikan pertanyaan troll terbuka
berikanlah pertanyaan yang lebih mengerucut namun tetap bersifat terbuka. Jika
belum mendapatkan respon yang diharapkan berarti kita perlu coba pertanyaan
yang lain. Ibu bapak juga bisa menggunakan pertanyaan pemantik setiap mengawali
topik baru dikelas sebagai stimulus. Ketiga berikan waktu untuk murid
bertanya. Jika murid diam saat kita bertanya mungkin mereka sedang
memproses informasi, maka berikan mereka waktu untuk mengolahnya menjadi
pertanyaan. Keempat jawab pertanyaan murid dengan pertanyaan kembali,
dengan begitu murid selalu terpicu untuk berpikir. kita pun bisa melihat
seberapa jauh pemahaman murid. Strategi ini juga memberikan ruang pada murid lain
untuk menjawab pertanyaan temannya atau memberikan gagasan baru. Suasana kelas
pun menjadi aktif dan memicu jawaban dari teman-teman yang lain. Kelima tidak
semua pertanyaan murid harus kita jawab. Kita sebagai guru juga punya
keterbatasan, tidak apa loh mengakui pada murid kalau kita belum tahu
jawabannya, justru kita bisa mengajak murid dicari tahu bersama sampai mendapat
sebuah kesimpulan. Kegiatan ini akan menjadi model yang baik untuk murid
belajar menggali dan memproses gagasan dan informasi. Keenam bimbing murid
untuk menemukan kata kunci yang relevan. Kata kunci dapat membantu mencari
dan memilah informasi yang relevan, kata kunci yang tepat dapat membantu murid
menemukan informasi yang sesuai pada sistem pencarian internet, buku atau
memilah kepada siapa mereka akan bertanya. Strategi ini akan membantu ketika
murid sudah diarahkan mencari tahu secara mandiri di jenjang SMP dan SMA, karena
informasi bukannya tidak ada tapi hanya belum ditemukan. Ketujuh ajari murid
memilah sumber informasi yang tepat, murid perlu paham mana sumber
informasi yang kredibel dan bagaimana cara mengetahuinya, misalnya untuk murid
PAUD diberikan pemahaman bahwa sumber informasi ada di orang tua, guru dan buku.
Untuk jenjang SD murid belajar mencari tahu sendiri namun sumber informasi
masih perlu penyaringan awal dari guru. Semakin naik jenjangnya murid akhirnya
dapat memilah sendiri sumber informasi yang bisa dijadikan untuk menarik
kesimpulan, terlebih lagi untuk sumber-sumber di internet. Terakhir biasakan
murid untuk mengkonfirmasi pemahamannya, jangan sampai murid berhasil
memproses informasi namun dengan pemahaman yang salah. Karena itu biasakan
mereka untuk menyampaikan kembali pemahamannya dengan bahasanya sendiri bisa
melalui kegiatan presentasi, diskusi, pertanyaan essay saat kuis, jurnal harian
atau refleksi.
Ibu dan bapak guru agar tumbuh
pemikiran yang kritis murid perlu mendapatkan stimulus yang tepat dan konsisten
di pengalaman pengalaman belajarnya. Rasa ingin tahu murid pun akan terpantik
dan muncul kemauan untuk mengumpulkan fakta, dengan begitu murid dapat
mengambil keputusan yang tepat berdasarkan sumber yang relevan dan akurat. Jadi
sudah siapkah memfasilitasi murid bernalar kritis?
Selamat berproses ibu-bapak guru
hebat ……
Salam dan bahagia ……….
Alur Perkembangan Elemen Memperoleh dan Memproses Informasi dan Gagasan
Elemen menganalisis dan mengevaluasi penalaran
Elemen kunci kedua ini adalah kemampuan Pelajar Indonesia untuk membuktikan penalarannya dalam mengambil suatu kesimpulan/keputusan.
Materi ini membahas tahapan perkembangan elemen menganalisis dan mengevaluasi penalaran di setiap fase murid. Video juga dilengkapi ragam strategi yang dapat guru terapkan dalam pelajaran untuk menumbuhkan elemen ini.
Referensi:
SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sublemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka
Salam dan bahagia Ibu dan bapak
guru, pada video kali ini kita akan membahas elemen kedua dalam dimensi
bernalar kritis, yaitu elemen menganalisis dan mengevaluasi penalaran. Pada
elemen pertama kita membahas proses berpikir yang membekali pelajar Indonesia
dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang
relevan dan akurat. Nah elemen kedua ini adalah kemampuan gimana pelajar Indonesia
bisa membuktikan penalarannya dengan berbagai argumen dalam mengambil suatu
kesimpulan atau keputusan.
Ada orangtua yang pernah
bercerita mengenai soal kuis matematika anaknya di kelas 2. Ia heran karena
kumisnya hanya tiga soal dan menurutnya itu soal pembagian yang mudah, namun
uniknya selain menjawab hasil pembagian anaknya diminta menjelaskan alasan dari
jawabannya dan ternyata anaknya bisa menjawab hasil pembagian tapi tidak bisa
memberikan alasan. Apa yang guru tersebut lakukan umumnya dikenal dengan
istilah penalaran atau listening, sederhananya penalaran adalah
memberikan alasan yang logis dibalik suatu pernyataan atau kesimpulan. Tanpa
adanya penalaran guru tadi mungkin kesulitan membedakan mana yang paham,
menghafal atau mungkin hanya tebakan beruntung. Ia juga dapat melihat pada
bagian mana murid mengalami kesulitan atau bahkan miskonsepsi. Bagaimana dengan
ibu bapak, pembelajaran seperti apa yang Ibu Bapak lakukan untuk mendorong murid
memberikan penalarannya.
Ibu dan bapak elemen menganalisis
dan mengevaluasi penalaran adalah elemen yang menguatkan Bagaimana penalaran
murid kita dalam mengambil keputusan atau tindakan dari suatu permasalahan. Murid
diharapkan dapat menggunakan nalarnya sesuai kaidah sains dan logika serta
melakukan analisis serta evaluasi dari gagasan dan informasi yang didapatkannya,
sehingga mereka mampu menjelaskan alasan yang relevan dan akurat dibalik
pengambilan keputusannya. Kemampuan ini tentunya harus dibiasakan secara
konsisten dalam setiap jenjang. Guru matematika dalam cerita saya tadi
menggunakan cara sederhana dalam pembiasaan di kelas namun sangat efektif. Lalu
seperti apa alur perkembangan yang diharapkan dari elemen ini ? Seperti apa ya
atau pembelajarannya di kelas?
Pada jenjang PAUD murid dilatih
dan dibiasakan untuk menyebutkan alasan dari pilihan atau keputusannya,
misalnya saat kegiatan bermain balok kita dapat meminta murid menyebutkan
alasan dari susunan balok yang dibuatnya. Mengapa ini penting, karena saat
murid memberikan alasan dari sebuah pilihan disitulah letak proses berpikirnya.
Tidak ada jawaban yang salah karena tujuannya adalah murid dapat
mengekspresikan pemikirannya, jadi kita harus menciptakan suasana agar murid
merasa nyaman untuk berbicara. Jka menghadapi murid yang masih bingung, berikan
pertanyaan tambahan yang bisa mendorong murid untuk berbicara. Cara ini bisa
dilakukan untuk semua jenjang, tinggal menyesuaikan bentuk pertanyaan dengan
fase murid, jangan sampai memaksa dan membuat mereka merasa dan nyaman ya Ibu
Bapak. Jika hari ini belum berhasil masih ada hari esok dan kegiatan lainnya
untuk mendorong murid menyampaikan alasannya.
Di akhir jenjang SD murid
diharapkan sudah mampu menjelaskan alasan yang relevan dan akurat dalam
penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan atau kesimpulan. Untuk
membiasakannya, setiap guru mata pelajaran apapun bisa menerapkan penalaran
seperti yang dilakukan guru matematika pada contoh di awal, baik pada kegiatan
studi kasus, praktikum, project, observasi lingkungan dan lain-lain. Biasakan
murid kita tidak hanya sekedar menjawab namun juga memberikan alasan dari
jawabannya, agar anak bisa menjawab guru juga perlu kreatif dalam mengajukan
pertanyaan, hindari bentuk pertanyaan yang tertutup atau mengarahkan. Pada
jenjang ini murid juga sudah bisa dikenalkan pada data-data sederhana yang konkrit,
serta fungsinya dalam pengambilan kesimpulan, seperti data pengamatan langsung,
informasi dari wawancara, sumber yang terpercaya dan sebagainya. Contohnya
murid melakukan studi kasus mengenai anak-anak yang tidak bisa bersekolah yang
ada dilingkungannya mereka melakukan pengamatan serta mewawancarai narasumber
terkait, kemudian mereka diajak memikirkan bantuan yang bisa mereka berikan
kepada anak-anak tersebut. Cara-cara yang tadi disampaikan juga bisa berlaku
untuk jenjang SMP dan SMA dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan.
Pada akhir jenjang SMP, murid
juga diharapkan mampu membuktikan penalaran dengan berbagai argumen dalam
mengambil suatu kesimpulan atau keputusan. Pembuktiannya bisa melalui survey, praktikum
atau melalui penelusuran informasi yang akurat dan relevan, bisa disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Salah satu cara pembelajaran
yang bisa diterapkan adalah mengajak murid membuat hipotesis, yang didasari
dari pengetahuan awal murid atau hasil penelusuran awal. Misalnya pada pembelajaran
IPS, murid diminta mencari tahu potensi sumber daya, baik alam maupun potensi
sosial di daerahnya yang bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Murid
diajak membuat hipotesis, melakukan penelusuran sampai akhirnya mendapat
kesimpulan yang disertai bukti dan argumen yang mendukung. Contoh pembelajaran
lain yang juga bisa diterapkan adalah kegiatan debat, murid dibagi dalam
kelompok pro dan kontra kemudian diminta mengumpulkan data dan saling beradu
argumen nantinya. Cara-cara seperti ini juga bisa berlaku untuk jenjang SD dan
SMA dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan.
Pada akhir jenjang SMA, murid
diharapkan mampu menganalisis mengevaluasi penalaran yang digunakannya dalam
menemukan dan mencari solusi serta mengambil keputusan, misalnya pada pelajaran
sosiologi. Murid melakukan riset di sekolahnya untuk mencari tahu perubahan
sosial akibat kecanduan gadget. Dalam mengambil kesimpulan murid diajak
menganalisis data-data yang beragam misalnya melalui survei di lingkungan
sekolah, informasi medis, artikel riset ilmiah dan lainnya. Murid juga
diajarkan mengevaluasi terkait penggunaan data dan informasi yang dipakainya,
misalnya apakah survei sudah mewakili murid di setiap kelas dan
kelompok-kelompok murid disekolah. Ini bisa dilatih dengan membuka ruang
diskusi dan memberikan pertanyaan yang bisa memantik murid untuk berpikir
termasuk juga menguji kredibilitas sumber yang dipakai khususnya dari internet,
seperti sumber dari Wikipedia, portal berita, sosial media, blog pribadi dan
sebagainya. Dengan begitu murid dapat belajar menemukan solusi dengan dasar
ilmiah.
Ibu dan bapak guru, pelajar yang
bernama kritis dapat mengambil keputusan menggunakan nalarnya sesuai dengan
kaidah sains dan logika. Contoh-contoh yang tadi disebutkan walaupun
menggunakan mata pelajaran tertentu membutuhkan keterampilan murid dalam
disiplin ilmu yang lain. Mereka sadar untuk mengatasi berbagai permasalahan
dibutuhkan ilmu pengetahuan murid pun tumbuh menjadi sosok yang menghargai ilmu.
Sama halnya dengan ibu bapak yang sedang belajar menerapkannya di kelas, maka
murid juga sedang belajar dengan cara yang baru. Berilah mereka waktu untuk
berfikir dan kesempatan untuk menyesuaikan diri, bisa saja dalam kondisi
tertentu kita perlu mundur ke alur perkembangan di fase sebelumnya, tidak apa,
yang penting kita dan murid berjalan maju secara konsisten.
Selamat berproses ibu dan bapak
guru hebat..
Salam dan bahagia ………
Elemen refleksi pemikiran dan proses berpikir
Elemen kunci terakhir ini mendorong pelajar Indonesia untuk berpikir mengenai proses berpikirnya sehingga ia sampai pada suatu simpulan. Hal ini mendorong pelajar untuk berpikiran terbuka terhadap fakta-fakta baru.
Materi ini membahas tahapan perkembangan elemen merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri di setiap fase murid. Video juga dilengkapi ragam strategi yang dapat guru terapkan dalam pelajaran untuk menumbuhkan elemen ini.
Referensi:
SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sublemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka
Salam dan bahagia ibu dan bapak
guru…
Pada video kali ini kita akan
membahas mengenai elemen terakhir dalam dimensi bernalar kritis, yaitu elemen
refleksi pemikiran dan proses berpikir.
Ibu-bapak guru jika elemen kedua
adalah proses berpikir murid hingga mencapai sebuah keputusan atau kesimpulan, maka
elemen ketiga ini adalah sebuah refleksi dari pemikiran hingga mencapai
kesimpulan tersebut. Bagaimana maksudnya? Mari kita simak Kisah Pak Nyoman,
salah seorang guru SMA yang mengikuti pembelajaran mandiri topik Merdeka Belajar.
Setelah belajar Pak Nyoman
kemudian merefleksikan pembelajaran dan interaksi sehari-hari dengan murid
kemudian ia sadar bahwa apa yang dilakukan masih jauh dari prinsip filosofi Ki
Hajar Dewantara. Pak Nyoman pun akhirnya memutuskan untuk mengubah praktik
pembelajaran menjadi berpusat pada murid dan kontekstual. Nah elemen ini adalah
kemampuan merefleksikan proses berpikir yang Pak Nyoman lalui, hingga mencapai
keputusan tersebut. Apa yang Pak Nyoman pikirkan hingga akhirnya memutuskan
mengubah paradigmanya. Pak Nyoman juga merefleksikan proses berpikirnya yang
lama sebelum mengenal paradigma merdeka belajar. Hal ini membuat ia menyadari
keterbatasan daya pikir yang dimilikinya sehingga pada akhirnya Pak Nyoman
sadar bahwa ternyata ia bisa loh mengembangkan kapasitas diri melalui proses
refleksi, memperbaiki strategi dan mencoba berbagai alternatif solusi. Pak
Nyoman juga memiliki kemauan mengubah paradigma mengajarnya karena terbukti
bertentangan dengan bukti yang ada.
Nah Ibu Bapak kira-kira seperti
itulah gambaran yang diharapkan dari elemen ini pada sosok pelajar Indonesia. Kemampuan
ini tentu tidak mudah, kita saja yang sudah dewasa kadang kesulitan
merefleksikan pemikiran jika tidak terbiasa melakukannya, sehingga sama seperti
semua elemen pada profil pelajar Pancasila, dibutuhkan pembiasaan yang
konsisten pada murid, dimulai dari jenjang PAUD sampai SMA. Elemen refleksi
pemikiran dan proses berpikir juga sangat berkaitan dengan pengembangan dimensi
mandiri. Pemahaman murid pada diri dan situasi yang dihadapi dapat mendukung
refleksi proses berpikir. Regulasi diri akan mendukung perkembangan kapasitas
diri dari hasil refleksi. Lalu seperti apa alur perkembangan yang diharapkan
dari elemen ini, seperti apa contoh pembelajarannya di kelas.
Pada jenjang PAUD murid
dibiasakan untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya dengan singkat. Fase ini
menjadi fondasi untuk memantik murid terbiasa merefleksikan pemikirannya
sendiri, misalnya saat murid berhasil menyusun menara yang kokoh dari balok. Kita
bisa memantik refleksi dengan bertanya apa yang dipikirkannya saat melihat menaranya
roboh beberapa kali, kemudian apa yang ia lakukan agar berhasil membuat menara
yang kokoh. Bimbing murid sampai bisa menyampaikan pemikirannya dengan
sederhana.
Pada jenjang SD apa yang
disampaikan meningkat menjadi lebih terperinci dan disertai dengan alasan.
Murid juga diharapkan menyadari kemungkinan bias dari pemikirannya. Kita ambil
contoh kelanjutan pembelajaran di video sebelumnya yaitu murid melakukan
penelusuran mengenai kondisi anak yang harus bekerja sebagai pemulung di
sekitarnya. Setelah penelusuran misalnya murid yakin yang dibutuhkan anak-anak
tersebut adalah teman untuk belajar bersama, Ia juga mampu menyampaikan
alasannya. Namun setelah proses refleksi dan dibimbing oleh guru murid dapat
menyadari bahwa ada kemungkinan masalah baru dari solusinya karena bisa saja
anak-anak tadi kehilangan waktu untuk memulung dan tidak bisa menghasilkan uang
buat kebutuhan dasarnya. Kemampuan menyadari bias pikiran ini berkaitan erat
dengan tumbuhnya rasa empati pada diri murid yang dikembangkan pada elemen
akhlak pada sesama manusia.
Pada akhir jenjang SMP murid
diharapkan dapat menjelaskan asumsi yang digunakan dari suatu keputusan atau
tindakan yang diambil misalnya asumsi yang digunakan saat Ia menyimpulkan bahwa
potensi sumberdaya di daerahnya adalah di hasil laut yang dapat menjadi bahan
pangan. Selain itu murid juga diharapkan dapat menyadari kecenderungan dan
konsekuensi bias pada pemikirannya, misalnya apa data atau fakta yang
mendorongnya pada kesimpulan tersebut. Apakah sumber informasi yang dicari
sudah bervariasi dan terbuka untuk bidang yang lain, bisa saja murid
berpendapat kearah pangan karena itulah yang dilihat sehari-hari. Namun jika
mencari informasi yang lebih luas ia bisa menemukan informasi baru di luar
pemikirannya, misalnya inovasi dari rumput laut yang bisa digunakan sebagai
pengganti plastic. Di jenjang SMP murid juga dibiasakan berusaha
mempertimbangkan perspektif yang berbeda ia bisa dilatih dengan kegiatan dimana
murid saling menyampaikan kesimpulan serta asumsi yang mereka gunakan. Murid
akan melihat bahwa tidak semua temannya memiliki asumsi yang sama dengan
dirinya dan hal ini membuat mereka memiliki kesimpulan yang juga bisa berbeda.
Pada akhir sedang SMA murid
diharapkan sudah mampu menjelaskan alasan untuk mendukung pemikirannya serta
memikirkan pandangan yang mungkin berlawanan dan mengubah pemikirannya jika
diperlukan, misalnya ketika murid menyimpulkan bahwa perubahan kurikulum
disebabkan karena adanya kebutuhan menyesuaikan dengan perubahan zaman. Ia dapat
menjelaskan alasan yang kuat untuk mendukung pemikirannya tentunya disertai
dengan data-data ini ya. Setelah merefleksikan pemikirannya murid pun dapat
menyikapi perubahan yang akan dihadapinya pada kurikulum baru. Setelah murid
mendengarkan pandangan serta kesimpulan teman-temannya yang lain, pantik lah
dengan pertanyaan yang bisa menggali pendapat mereka, juga menggali pemikiran
yang berbeda dari kesimpulan temannya. Dalam pembelajaran penerapan suplemen
ini dapat diterapkan pada seluruh mata pelajaran Project maupun ekstrakurikuler
ini karena dalam setiap kegiatan dalam ketiga program kurikulum tersebut
terdapat proses berpikir pada kegiatan OSIS atau organisasi di ekstrakurikuler
misalnya murid akan berhadapan dengan permasalahan gagasan dan yang rencana
yang sangat berkaitan dengan dimensi bernalar kritis. Pembina OSIS dan Pembina
ekstrakurikuler perlu menjadi fasilitator yang berperan menguatkan dimensi ini
pada murid misalnya pada kegiatan perencanaan program kerja atau evaluasi.
Ibu dan bapak guru ada kalimat
bijak yang berbunyi semakin banyak ilmu yang dipelajari seseorang maka ia akan
semakin merasa bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Proses refleksi dalam suplemen
ini membantu menyadari keterbatasan daya berpikir yang kita miliki, juga
menyadari bahwa masih ada ruang untuk kita berkembang menjadi lebih baik. Penguatan
elemen ini membuat kita mampu berfikir secara adil dan terbuka serta mampu
melihat sesuatu hal dari berbagai perspektif dan pada akhirnya kita memiliki
kemauan untuk mengubah pandangan jika memang bertentangan dengan bukti yang ada.
Saya gunakan kita artinya ini untuk saya, Ibu-bapak juga murid-murid, karena
dimensi ini juga perlu dikuatkan pada diri kita sebagai guru agar bisa menjadi
fasilitator untuk murid-murid kita.
Semua contoh pembelajaran yang
diberikan pada keseluruhan modul ini dapat dikembangkan untuk menguatkan
keseluruhan elemen dari dimensi bernalar kritis dan kreatif. Jadi tidak ada
satu contoh pembelajaran yang hanya berfokus kepada satu elemen saja.
Ibu bapak bisa belajar
mengembangkannya dan mempraktikkannya dalam kelas. Selamat berproses Ibu-bapak
guru hebat..
Salam dan Bahagia ….
Alur Perkembangan Elemen Refleksi Pemikiran dan Proses Berpikir
Komentar
Posting Komentar