Modul 5: Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan - Selamat dan Bahagia

 Modul PMM Topik dan Pelatihan: Merdeka Belajar 

 Modul 5: Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan

Selamat dan Bahagia

Pendidikan sejatinya dapat mengantarkan murid untuk keselamatan dan kebahagiaan. video ini mengajak kita bagaimana guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi mendorong murid untuk menemukan pemahaman bermakna yang relevan dengan kehidupannya. 

Referensi: Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013. Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013


Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru hebat

Ibu dan bapak guru, Selamat datang di modul pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan. Kali ini kita akan membahas materi selamat dan bahagia agar kita dapat memahami fungsi pendidikan untuk membantu murid mencapai selamat dan bahagia berdasarkan gagasan Ki Hadjar Dewantara.

Setiap hari Ibu Ani selalu mengajar dengan penuh semangat di depan murid-muridnya, Ia diberikan amanah menjadi wali kelas 5 di SD Negeri Kembang Mekar pada tahun pelajaran ini, tahun dimana penuh tantangan bagi pendidik karena pandemi covid-19. Sungguh dapat dibayangkan pada keadaan normal saja tugas pendidik tidaklah mudah dan sekarang diharuskan melakukan penyesuaian-penyesuaian pembelajaran dengan kondisi wabah Covid-19. Suatu hari Ibu Ani mengajarkan pelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sistem pencernaan manusia. Sejak dari dulu Ibu Ani terbiasa mengambil materi yang diajarkan dari satu buku teks yang dijadikan pegangannya, dengan menggunakan metode ceramah saat mengajar. Ibu Ani merasa nyaman dan cocok menyampaikan materi tentang sistem pencernaan manusia kepada semua muridnya. Menurutnya murid juga merasa baik-baik saja ketika ia menyampaikan materinya. Para murid pun khidmat dan tenang mendengarkan materi yang disampaikan, ujarnya. Dengan memberikan tes dan menilai dengan angka Ibu Ani merasa cukup untuk mengevaluasi kemampuan muridnya dan dijadikan sebagai salah satu bahan untuk evaluasi akhir semester nanti. Salah seorang murid Ibu Ani yaitu Bimbin lebih memilih untuk menggambar tubuh dan organ pencernaan manusia di buku tulisnya. Hal ini ia lakukan karena metode mengajar Bu Ani membuatnya mengantuk dan sulit berkonsentrasi. Senada dengan Bimbin, Ika juga merasa tidak paham dengan materi yang disampaikan oleh Bu Ani. Ika lebih suka belajar di rumah menggunakan YouTube, karena lebih atraktif. Sementara itu Bimbin dan Ika murid kelas 5 SD Kembang Mekar bercerita saat diajari bu guru Ani tentang sistem pencernaan manusia Bimbim sulit masih dan mengantuk, sedangkan Ika menggunakan sumber belajar lain dari YouTube yang menurutnya lebih mudah dipahami. Agar tidak bosan dan mengantuk, Bimbin menggambar tubuh dan organ pencernaan manusia di buku tulisnya dan Ika melihat penjelasan sistem dan organ pencernaan manusia melalui YouTube sambil mendengarkan materi yang disampaikan Ibu Ani. Pada saat tes Bimbin mendapatkan nilai 40 dari 100 sedangkan Ika mendapatkan nilai 70 dari 100 karena ia mampu menjawab soal tes tentang sistem pencernaan manusia. Bimbin diminta Ibu Ani menyalin informasi apa yang sudah ada di buku teks pelajaran dan kemudian dinilai, sedangkan Ika hanya ditegur jika lain kali untuk memakai buku yang sama yang dipakai guru agar bisa menjawab soal tes yang diberikan dengan sempurna. Jam istirahat adalah jam yang paling mereka tunggu-tunggu, mereka senang sekali karena dapat keluar kelas untuk bermain di halaman dan membaca di perpustakaan sekolah. Meskipun kesenangan itu hanya sementara akan tetapi cukup mengobati kesedihan dari nilai-nilai yang didapatkannya saat belajar di kelas.

Ibu dan Bapak guru, dari cerita ibu Ani, Bimbin dan Ika kita dapat melihat bagaimana perspektif atau sudut pandang kita sebagai pendidik tidak selalu sama dengan sudut pandang atau perspektif murid. Tidak jarang murid merasakan kebalikan apa yang dianggap dan dirasakan oleh pendidik. Ketika tadi Ibu Ani merasa cocok dan nyaman dengan metode ceramah untuk muridnya kenyataannya Bimbin merasa bosan dan mengantuk saat diberikan materi. Demikian pun Ika, Ia lebih memilih belajar dari sumber belajar lain YouTube yang berisikan materi yang sama dan menurutnya menarik. Ketika ibu Ani merasa cukup mengukur pemahaman murid dengan tes pilihan ganda, ternyata Bimbin bersedih ketika mendapatkan nilai 40 dan dianggap belum memahami materi karena standar yang ditetapkan Ibu Ani. Padahal Ia menuangkan pemahaman tentang sistem pencernaan manusia melalui gambar-gambar organ pencernaan manusia. Sementara Ika meskipun Ia dianggap sudah melampaui standar yang ditetapkan Ibu Ani dan dianggap menguasai materi tetapi Ika merasa ketakutan dan cemas karena menggunakan sumber belajar lain dari YouTube dan tidak sama dengan Ibu Ani gunakan. Sebagai pendidik, Ibu Ani sebaiknya bukan hanya memberikan pengetahuan dan informasi tentang sistem pencernaan manusia saja melainkan juga memberikan pemahaman kepada murid tentang fungsi dan kegunaannya dalam kehidupan murid.

Selain itu pendidik juga mengenal dan memahami kekuatan kodrat anak bahwa setiap murid dapat mengekspresikan dan membuat pemahamannya sendiri dengan cara yang berbeda. Dalam menilai pemahaman murid, pendidik sebaiknya tidak hanya menggunakan satu jenis alat pengukuran lalu menyimpulkannya, tetapi dapat menggunakan alat pengukuran lainnya yang melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya, evaluasi diri. Seperti yang terjadi pada Bimbin ia mampu mengekspresikan pemahamannya melalui gambar, mungkin juga murid bisa menjelaskan dengan verbal menggunakan bahasa sendiri dan beragam jenis ekspresi pemahaman murid lainnya.

Cerita-cerita seperti ini mungkin hanya salah satu contoh untuk mengingatkan kita apa sesungguhnya fungsi pendidikan itu. Fungsi pendidikan adalah untuk mengantarkan murid agar siap hidup dan memberikan kepercayaan kepada murid bahwa di masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya yaitu tidak cukup hanya hidup untuk kepentingan dirinya, individualistik tetapi juga berkontribusi untuk masyarakat dan lingkungan dimana ia berada, bersama-sama mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Fungsi pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara jika kita sebagai pendidik memahami hal-hal sebagai berikut:

  1. Setiap murid memiliki kodrat kekuatan dan potensi-potensi yang berbeda yang
  2. Pendidikan hanyalah sebagai tuntunan
  3. Mendidik adalah menuntun murid untuk selamat dan bahagia
  4. Pendidik tidak dapat berkehendak atas kodrat kekuatan atau potensi murid tetapi
  5. Pendidik dapat memberikan daya upaya maksimal untuk mengembangkan akal budi pekerti murid, dan yang ke-
  6. Pendidik membantu mengantarkan murid untuk merdeka atas dirinya sendiri untuk kehidupan dan penghidupannya, memelihara dan menjaga bangsa dan alamnya.

Kemerdekaan murid dalam belajar merupakan kunci untuk mencapai tujuan pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan. Jika untuk dirinya sendiri ia tidak bisa mencapai selamat dan bahagia, bagaimana mungkin ia akan memelihara dan menjaga dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa ataupun alamnya.

Oleh sebab itu kita sebagai pendidik dapat merenungkan kembali apakah praktik pembelajaran saat ini benar-benar mempersiapkan murid agar siap hidup dan mengisi zamannya?

Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu murid mencapai selamat dan bahagia serta siap hidup dan mampu mengisi zamannya?

Selamat belajar Ibu dan Bapak guru hebat

Salam dan bahagia ….



Komentar