Modul 5: Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan - Merdeka Belajar Abad 21
Modul PMM Topik dan Pelatihan: Merdeka Belajar
Merdeka Belajar Abad 21
Selamat datang kembali di modul “pendidikan
yang mengantarkan kebahagiaan dan keselamatan”. Kali ini kita akan mengulas
materi Merdeka belajar abad 21, agar kita dapat merefleksikan perubahan zaman
dan memahami tantangan-tantangan dalam mendampingi murid sesuai kebutuhannya.
Sebagai pendidik kita terkadang
merasa memiliki kewenangan penuh dalam menentukan tujuan belajar bagi mualaf
guru menganggap bahwa ia mengetahui apa yang tepat dan terbaik bagi murid
berdasarkan pengalaman-pengalaman mengajar yang sudah dilaluinya sehingga ia
kadang juga merasa memiliki peran menjadi satu-satunya sumber pengetahuan bagi
murid-muridnya murid cenderung mengikuti apa yang dikatakan dan diperintahkan
oleh guru karena kondisi yang dibangun dan diciptakan guru memang demikian
dalam proses belajarnya apa yang disampaikan guru merupakan kebenaran
pengetahuan dan terbaik bagi murid misalnya guru meminta murid menghafal
perkalian, tanggal peristiwa sejarah kemerdekaan dan lain-lain yang sifatnya
hafalan tanpa dibukakan ruang dialog tentang kegunaannya atau kebermanfaatannya
bagi diri murid.
Mungkin benar cara demikian dapat
menambah wawasan murid tetapi apakah dengan menghafal kebutuhan belajar murid
telah terpenuhi? Apakah murid memahami apa yang ia hafalkan dan bagaimana ia
menghubungkannya dengan kehidupan?
Pesan Ki Hadjar Dewantara, tuntunlah
murid sesuai jamannya. Sekarang guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
pengetahuan tetapi guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Sumber-sumber
pengetahuan kini terbuka luas akses dan beragam bentuknya seperti adanya mesin
pencari yang bisa menyediakan beragam informasi yang kita inginkan sehingga
cara menuntun dan membimbing murid pun sangat berbeda. Sebagai fasilitator guru
menempatkan murid menjadi subjek atau individu aktif dalam pembelajaran untuk
mencari dan membangun pemahamannya sendiri, bukan sebaliknya murid dianggap
objek pembelajaran atau individu pasif yang hanya tergantung pada apa yang
diberikan guru.
Peran guru adalah memfasilitasi
dengan baik dan benar bagaimana murid dapat membangun pemahamannya dengan
maksimal. Sebagai contoh murid ingin mengetahui hewan atau binatang apa saja
yang hidup dekat disekitarnya maka guru tidak langsung memberikan jawabannya,
tetapi membimbing murid melalui pendekatan saintifik dengan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan murid untuk dapat mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan mengkomunikasikan dalam membangun pemahamannya tentang
kehidupan hewan yang dekat dengannya.
Semakin berkembangnya zaman,
semakin besar pula tantangan-tantangan yang dihadapi oleh guru. Persaingan yang
semakin kompetitif pada abad-21, saling terhubungnya negara-negara di dunia, membuat
kita sebagai pendidik tidak boleh lengah dan merasa cukup dengan apa yang telah
kita upayakan sejauh ini. Cara satu-satunya agar kita tidak terlena dan
tenggelam dengan perubahan zaman adalah menjadi pembelajar sepanjang hayat
dengan terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kita sebagai
fasilitator pembelajaran bagi murid sesuai jamannya. Dan tidak kalah penting
adalah penguatan kebangsaan oleh kita bersama, sehingga kita dan juga
murid-murid mampu membangun konteks diri serta identitas sebagai suatu bangsa.
Dengan demikian kita dapat membantu menyiapkan murid-murid kita untuk memiliki
rasa percaya diri dalam berinteraksi dan berkolaborasi bersama warga dunia
untuk memecahkan masalah-masalah global. Hal ini sulit terjadi jika kita
sebagai pendidik tidak menyadari bahwa pendidikan tidak hanya mengembangkan
kemampuan berpikir saja tetapi juga mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki
murid yaitu kecerdasan rasa, karsa, cipta dan karya agar murid menjadi manusia
seutuhnya sesuai pesan dari Ki Hadjar Dewantara.
Maka kesadaran akan perubahan
zaman kesadaran akan kebutuhan belajar tidak hanya diharapkan tumbuh dalam diri
murid tetapi juga muncul mulai dari dalam diri kita sebagai pendidik,
fasilitator pembelajaran. Mungkin saja murid terhubung dengan beragam informasi
dan pengetahuan yang berlimpah tetapi tidak ada tuntunan dari guru. Apakah
informasi dan pengetahuan yang diakses murid sesuai dengan fase perkembangan
dan kebutuhan belajarnya? Pada abad ke-21 ini beberapa referensi menyebutkan
bahwa kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kognitif yang dan kemampuan
sosial emosional menjadi sangat penting bukan hanya bagi murid melainkan juga
bagi guru sebagai fasilitator pembelajaran. Guru diharapkan menjadi contoh
bagaimana ia terus mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut pada dirinya. Kemudian
meneruskannya dalam membantu murid untuk menguasainya. Salah satu kompetensi
mendasar yang menunjang penguasaan penguasaan kemampuan tersebut adalah
kompetensi literasi, bahasa, matematika, science, digital, finansial sehingga guru
juga sebaiknya menjadikan kompetensi dasar ini sebagai prasyarat wajib yang
dikuasai murid pada abad ke-21.
Kompetensi lain yang juga penting
dalam menghadapi tantangan abad 21 adalah kompetensi murid untuk menjadi mandiri,
mengenali diri, mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang tidak diketahui,
strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi ini erat
kaitannya dengan pola pikir pembelajar atau growth mindset yaitu murid
memiliki keyakinan untuk dapat terus berkembang dan berprestasi dengan berusaha
secara maksimal. Maka pola pikir inilah yang perlu dimiliki oleh guru sebagai
fasilitator untuk mendorong proses belajar murid yang menumbuhkan pola pikir
pembelajar.
Salah satu contoh metode
pembelajaran abad 21 yang berpusat pada murid adalah pembelajaran berbasis
proyek. Guru dapat mengajak murid mengamati permasalahan dan potensi yang ada
disekitarnya kemudian guru bersama murid merancang proyek yang akan dilakukan
lalu murid mencari data dan informasi dengan bimbingan guru sampai murid dapat
menyimpulkan dan menyampaikan hasilnya melalui media yang menurutnya sesuai. Selain
itu pembelajaran proyek ini juga sebagai media bagi guru meningkatkan
kompetensi yang dimilikinya untuk menuntun murid dalam Merdeka belajar abad-21.
Contoh lain misalnya guru membimbing murid untuk memiliki kompetensi berpikir kritis atau critical thinking, kreatif atau creativity, kolaborasi atau collaboration dan komunikasi atau communication dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka dalam proses belajar murid. Seperti bagaimana menurutmu tentang kondisi lingkungan sekitar kita saat ini? Apa yang menarik dari masalah atau potensi ini sehingga kamu ingin bahas? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong murid untuk berpikir kritis dan logis dalam melihat dan mengamati sesuatu yang terkoneksi dengan dirinya. Seni bertanya atau kemampuan bertanya ini juga sangat penting bagi guru sebagai fasilitator selain kemampuan mendengarkan agar murid berani mengeksplorasi sumber-sumber wawasan pengetahuan, berdiskusi dan berdialog sampai pada akhirnya membantunya memiliki kompetensi abad-21 tersebut.
Lalu bagaimana dengan
pembelajaran kita saat ini, mari kita refleksikan bersama!
Apakah kita sudah berperan
sebagai guru yang menuntun murid sesuai jamannya?
Kompetensi apa yang sudah kita
miliki untuk membantu murid merdeka belajar abad-21?
Selamat belajar Ibu dan Bapak
guru hebat
Salam dan Bahagia …
Komentar
Posting Komentar