Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila - Modul 3: Dimensi Berkebhinekaan Global - Elemen Komunikasi dan Interaksi Antar Budaya
Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila
Elemen Komunikasi dan Interaksi Antar Budaya
Salam dan bahagia Ibu dan Bapak
guru, sebelumnya kita telah belajar tentang elemen mengenal dan menghargai budaya
sebagai permulaan dalam dimensi berkebhinekaan global. Kali ini kita akan
melanjutkan pembahasan mengenai elemen kedua yaitu komunikasi dan interaksi
antarbudaya.
(video percakapan)
Daya: Swasti
dikelasmu ada anak baru kah?
Swasti: Iya loh,
dia pindahan dari Sumatera
Daya: jauh
sekali tapi seru sih punya kawan baru
Swasti: Ah tapi
kami kurang cocok dengannya Daya, wis bicaranya keras galak maning
Daya: masak saya
jadi takut deh
Mathias: Hei tunggu berhenti
Daya: eh Iya ada apa ya Ini
loh kau jatuhkan uang dari saku tadi. Astaga itu uang uang jajanku eh Makasih
ya sama-sama telor anak Muslimah juga ya
Daya: Oh iya kamu anak baru
toh
Mathias: ya aku baru pindah
seminggu di sini Namaku Mathias
Daya: ah iya aku Daya tadi aku
kaget sekali pas kamu berteriak, Saya kira ada apa
Mathias: Hahaha maaf ya bikin
kau kaget. Tapi aku tidak pernah sok marah-marah kau mau ke perpustakaan ya?
Daya: Kebetulan aku mau pinjem
buku kesana ah betul kamu suka baca buku juga bareng yuk ke Hai
Nah Ibu dan Bapak guru kita telah
menyaksikan percakapan antara Daya dan Mathias yang awalnya tak saling kenal. Daya
sempat menyimpan prasangka yang membuatnya takut berbicara dengan Mathias namun
prasangka itu luruh saat komunikasi positif terjalin antara mereka. Hal berbeda
mungkin terjadi jika mereka sama-sama menutup diri. Situasi tersebut terasa
dekat dengan kehidupan kita sehari-hari ya.
Ibu dan Bapak guru sekalian mari
kita renungkan terlebih dahulu bagaimana kita selama ini mengajarkan kepada
murid-murid kita agar menghargai perbedaan diantara mereka. Bagaimana pula
sikap kita saat ada murid-murid yang enggan berinteraksi dengan teman yang
berbeda dari dirinya. Era globalisasi mempermudah bertemunya individu dengan
beragam latar belakang. Hal ini memungkinkan berbagai budaya saling
mempengaruhi berpadu bahkan berselisih. Nah komunikasi dan interaksi
antarbudaya memiliki peran penting sebagai jembatan penghubung. Guru perlu
membimbing murid untuk mampu berkomunikasi antar budaya serta menimbang dan
menumbuhkan berbagai perspektif perbedaan budaya, tidak hanya terkait bahasa,
suku, bangsa atau adat-istiadat, perbedaan sosial ekonomi, profesi, keyakinan
bahkan gabungan dari semuanya juga termasuk dalam perbedaan budaya yang dapat
menjadi tantangan berinteraksi. Kesadaran atas perbedaan dan kemauan untuk
berkomunikasi antar budaya menjadi kunci tumbuhnya sikap menghargai kesetaraan
berbagai dampak negatif seperti prasangka, diskriminasi hingga perselisihan antar
kelompok pun dapat diminimalisasi lalu alur perkembangan seperti apa yang
diharapkan dari sub elemen ini.
Pada jenjang PAUD, murid dapat
dikenalkan berbagai cara untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Hal ini
penting untuk membangun kepercayaan diri dan menjadi pondasi dalam kemampuan
komunikasinya kelak.
Pada jenjang SD, murid mengenali
bahwa orang-orang menggunakan kata gambar dan bahasa tubuh, Ia mendapat
bermakna berbeda. Di akhir fase, murid kemudian memahami adanya persamaan dan
perbedaan komunikasi di dalam atau antar kelompok budaya contohnya pada
ilustrasi di awal video Mathias dan Daya menyadari adanya perbedaan pola
komunikasi sehari-hari. Pemahaman ini diperkuat melalui tahap eksplorasi pada
jenjang SMP sehingga murid mengenali berbagai faktor risiko dalam berkomunikasi
antar budaya.
Perkembangan murid pada jenjang
SMA akan sampai ke tahap menganalisis hubungan antara bahasa, pikiran dan
konteks untuk memahami dan meningkatkan komunikasi antarbudaya.
Sub elemen yang kedua adalah menimbang
dan menumbuhkan berbagai perspektif. Perbedaan latar belakang akan
menumbuhkan berbagai perspektif terhadap sebuah peristiwa dan mempengaruhi cara
berperilaku. Perspektif bukanlah alasan untuk memaksakan pendapat dengan
mengajak murid berinteraksi dengan kelompok dari berbagai latar belakang, murid
menemukan bahwa ada banyak sudut pandang yang tumbuh terhadap suatu
permasalahan.
Lalu bagaimana alur perkembangan
suplemen ini yang diharapkan pada setiap jenjang. Pada jenjang PAUD, murid
dibiasakan menjalin interaksi sederhana dalam lingkungan keluarga dan sekolah,
pembiasaan yang konsisten diharapkan dapat membangun hubungan sosial yang
positif antara murid dan lingkungan sekitarnya. Pada jenjang SD, di awal fase,
ia dapat menyampaikan pandangannya dan mengidentifikasi sudut pandang orang
lain yang berbeda dari dirinya. Di akhir fase, murid dapat membandingkan
berbagai perspektif untuk memahami permasalahan sehari-hari.
Pada jenjang SMP selain
mengidentifikasi sudut pandang yang berbeda murid juga diharapkan dapat
memberikan asumsi yang mendasari perbedaan tersebut. Dengan kemampuan empatinya
mereka diharapkan dapat mendeskripsikan perasaan komunitas yang berbeda dari dirinya.
Pada jenjang SMA murid dapat
menyajikan pandangan yang seimbang dan memperlakukan orang lain dalam posisi
setara serta memberikan pertolongan ketika orang lain dalam situasi sulit.
Lalu bagaimana mengintegrasikan
elemen ini ke dalam pembelajaran?
Pada jenjang PAUD dapat dimulai
dari hal sederhana misalnya membiasakan 3S, senyum, salam, sapa di lingkungan
sekolah. Selain itu murid juga dapat diajak mengidentifikasi ciri khas dirinya
lalu dibimbing untuk memahami bahwa perbedaan tersebut tidak menghalangi mereka
saling berteman.
Pada jenjang SD, pengenalan
perbedaan budaya dapat dilakukan misalnya guru dapat menyapa murid dalam
berbagai bahasa saat memulai pembelajaran. Murid juga dapat diajak menonton
video atau film pendek lalu guru memantik diskusi melalui pertanyaan terbuka,
murid juga dapat dipertemukan dengan murid lain dari latar belakang budaya yang
berbeda yang memungkinkan mereka saling mengenal dan berdiskusi. Contoh paling
sederhana adalah aktivitas saling berkirim surat.
Pada jenjang SMP, salah satu
contohnya adalah melalui aktivitas wawancara dalam pelajaran bahasa Indonesia,
misalnya murid menemui orang dari beragam latar belakang berdasarkan profesi
atau lokasi yang ditentukan guru disitulah murid akan belajar menyesuaikan cara
komunikasi saat melakukan wawancara.
Pada jenjang SMA, salah satu
caranya melalui aku atas bermain peran contoh saat pelajaran IPS murid berperan
sebagai perwakilan negara-negara dengan perbedaan bahasa dalam pertemuan
internasional. Guru menjelaskan bahwa perwakilan tersebut menggunakan bahasa
yang sama yaitu bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Meskipun begitu mereka
tetap membawa ciri khas masing-masing dalam pengucapannya yang berbeda-beda.
Secara umum pembelajaran juga
dapat dilakukan melalui kegiatan bakti sosial ke panti wredha atau pasti asuhan.
Hal ini bertujuan untuk mengasah empati dan menumbuhkan kemampuannya melihat
dari berbagai perspektif. Murid yang memiliki dimensi berkebhinekaan global
diharapkan terbuka akan perubahan dengan tetap mempertahankan jati diri sebagai
bangsa Indonesia. Sikap toleransi dan berempati saat berinteraksi dapat dipupuk
sejak dini melalui pembiasaan sehari-hari ya Ibu dan Bapak guru.
Yuk sama-sama belajar agar
murid-murid kita bisa menemukan contoh konkrit disekitarnya, salam dan bahagia …
Alur Perkembangan Elemen Komunikasi dan Interaksi Antarbudaya
Komentar
Posting Komentar