Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila - Modul 3: Dimensi Berkebhinekaan Global - Elemen Komunikasi dan Interaksi Antar Budaya

 Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila

 Modul 3: Dimensi Berkebhinekaan Global
 

Elemen Komunikasi dan Interaksi Antar Budaya

Pelajar Indonesia mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan budaya yang berbeda dari dirinya dan menghargai keunikan setiap budaya. Materi ini membahas harapan dan tahapan perkembangan elemen komunikasi dan interaksi antarbudaya di setiap fase murid. Video juga dilengkapi dengan contoh-contoh pembelajaran di sekolah yang bisa guru kembangkan dan adaptasi di sekolah masing-masing. 

Referensi: 
SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sublemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka

Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru, sebelumnya kita telah belajar tentang elemen mengenal dan menghargai budaya sebagai permulaan dalam dimensi berkebhinekaan global. Kali ini kita akan melanjutkan pembahasan mengenai elemen kedua yaitu komunikasi dan interaksi antarbudaya.


(video percakapan)

Daya: Swasti dikelasmu ada anak baru kah?

Swasti: Iya loh, dia pindahan dari Sumatera

Daya: jauh sekali tapi seru sih punya kawan baru

Swasti: Ah tapi kami kurang cocok dengannya Daya, wis bicaranya keras galak maning

Daya: masak saya jadi takut deh

Mathias: Hei tunggu berhenti

Daya: eh Iya ada apa ya Ini loh kau jatuhkan uang dari saku tadi. Astaga itu uang uang jajanku eh Makasih ya sama-sama telor anak Muslimah juga ya

Daya: Oh iya kamu anak baru toh

Mathias: ya aku baru pindah seminggu di sini Namaku Mathias

Daya: ah iya aku Daya tadi aku kaget sekali pas kamu berteriak, Saya kira ada apa

Mathias: Hahaha maaf ya bikin kau kaget. Tapi aku tidak pernah sok marah-marah kau mau ke perpustakaan ya?

Daya: Kebetulan aku mau pinjem buku kesana ah betul kamu suka baca buku juga bareng yuk ke Hai

Nah Ibu dan Bapak guru kita telah menyaksikan percakapan antara Daya dan Mathias yang awalnya tak saling kenal. Daya sempat menyimpan prasangka yang membuatnya takut berbicara dengan Mathias namun prasangka itu luruh saat komunikasi positif terjalin antara mereka. Hal berbeda mungkin terjadi jika mereka sama-sama menutup diri. Situasi tersebut terasa dekat dengan kehidupan kita sehari-hari ya.

Ibu dan Bapak guru sekalian mari kita renungkan terlebih dahulu bagaimana kita selama ini mengajarkan kepada murid-murid kita agar menghargai perbedaan diantara mereka. Bagaimana pula sikap kita saat ada murid-murid yang enggan berinteraksi dengan teman yang berbeda dari dirinya. Era globalisasi mempermudah bertemunya individu dengan beragam latar belakang. Hal ini memungkinkan berbagai budaya saling mempengaruhi berpadu bahkan berselisih. Nah komunikasi dan interaksi antarbudaya memiliki peran penting sebagai jembatan penghubung. Guru perlu membimbing murid untuk mampu berkomunikasi antar budaya serta menimbang dan menumbuhkan berbagai perspektif perbedaan budaya, tidak hanya terkait bahasa, suku, bangsa atau adat-istiadat, perbedaan sosial ekonomi, profesi, keyakinan bahkan gabungan dari semuanya juga termasuk dalam perbedaan budaya yang dapat menjadi tantangan berinteraksi. Kesadaran atas perbedaan dan kemauan untuk berkomunikasi antar budaya menjadi kunci tumbuhnya sikap menghargai kesetaraan berbagai dampak negatif seperti prasangka,  diskriminasi hingga perselisihan antar kelompok pun dapat diminimalisasi lalu alur perkembangan seperti apa yang diharapkan dari sub elemen ini.

Pada jenjang PAUD, murid dapat dikenalkan berbagai cara untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan diri dan menjadi pondasi dalam kemampuan komunikasinya kelak.

Pada jenjang SD, murid mengenali bahwa orang-orang menggunakan kata gambar dan bahasa tubuh, Ia mendapat bermakna berbeda. Di akhir fase, murid kemudian memahami adanya persamaan dan perbedaan komunikasi di dalam atau antar kelompok budaya contohnya pada ilustrasi di awal video Mathias dan Daya menyadari adanya perbedaan pola komunikasi sehari-hari. Pemahaman ini diperkuat melalui tahap eksplorasi pada jenjang SMP sehingga murid mengenali berbagai faktor risiko dalam berkomunikasi antar budaya.

Perkembangan murid pada jenjang SMA akan sampai ke tahap menganalisis hubungan antara bahasa, pikiran dan konteks untuk memahami dan meningkatkan komunikasi antarbudaya.

Sub elemen yang kedua adalah menimbang dan menumbuhkan berbagai perspektif. Perbedaan latar belakang akan menumbuhkan berbagai perspektif terhadap sebuah peristiwa dan mempengaruhi cara berperilaku. Perspektif bukanlah alasan untuk memaksakan pendapat dengan mengajak murid berinteraksi dengan kelompok dari berbagai latar belakang, murid menemukan bahwa ada banyak sudut pandang yang tumbuh terhadap suatu permasalahan.

Lalu bagaimana alur perkembangan suplemen ini yang diharapkan pada setiap jenjang. Pada jenjang PAUD, murid dibiasakan menjalin interaksi sederhana dalam lingkungan keluarga dan sekolah, pembiasaan yang konsisten diharapkan dapat membangun hubungan sosial yang positif antara murid dan lingkungan sekitarnya. Pada jenjang SD, di awal fase, ia dapat menyampaikan pandangannya dan mengidentifikasi sudut pandang orang lain yang berbeda dari dirinya. Di akhir fase, murid dapat membandingkan berbagai perspektif untuk memahami permasalahan sehari-hari.

Pada jenjang SMP selain mengidentifikasi sudut pandang yang berbeda murid juga diharapkan dapat memberikan asumsi yang mendasari perbedaan tersebut. Dengan kemampuan empatinya mereka diharapkan dapat mendeskripsikan perasaan komunitas yang berbeda dari dirinya.

Pada jenjang SMA murid dapat menyajikan pandangan yang seimbang dan memperlakukan orang lain dalam posisi setara serta memberikan pertolongan ketika orang lain dalam situasi sulit.

Lalu bagaimana mengintegrasikan elemen ini ke dalam pembelajaran?

Pada jenjang PAUD dapat dimulai dari hal sederhana misalnya membiasakan 3S, senyum, salam, sapa di lingkungan sekolah. Selain itu murid juga dapat diajak mengidentifikasi ciri khas dirinya lalu dibimbing untuk memahami bahwa perbedaan tersebut tidak menghalangi mereka saling berteman.

Pada jenjang SD, pengenalan perbedaan budaya dapat dilakukan misalnya guru dapat menyapa murid dalam berbagai bahasa saat memulai pembelajaran. Murid juga dapat diajak menonton video atau film pendek lalu guru memantik diskusi melalui pertanyaan terbuka, murid juga dapat dipertemukan dengan murid lain dari latar belakang budaya yang berbeda yang memungkinkan mereka saling mengenal dan berdiskusi. Contoh paling sederhana adalah aktivitas saling berkirim surat.

Pada jenjang SMP, salah satu contohnya adalah melalui aktivitas wawancara dalam pelajaran bahasa Indonesia, misalnya murid menemui orang dari beragam latar belakang berdasarkan profesi atau lokasi yang ditentukan guru disitulah murid akan belajar menyesuaikan cara komunikasi saat melakukan wawancara.

Pada jenjang SMA, salah satu caranya melalui aku atas bermain peran contoh saat pelajaran IPS murid berperan sebagai perwakilan negara-negara dengan perbedaan bahasa dalam pertemuan internasional. Guru menjelaskan bahwa perwakilan tersebut menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Meskipun begitu mereka tetap membawa ciri khas masing-masing dalam pengucapannya yang berbeda-beda.

Secara umum pembelajaran juga dapat dilakukan melalui kegiatan bakti sosial ke panti wredha atau pasti asuhan. Hal ini bertujuan untuk mengasah empati dan menumbuhkan kemampuannya melihat dari berbagai perspektif. Murid yang memiliki dimensi berkebhinekaan global diharapkan terbuka akan perubahan dengan tetap mempertahankan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Sikap toleransi dan berempati saat berinteraksi dapat dipupuk sejak dini melalui pembiasaan sehari-hari ya Ibu dan Bapak guru.

Yuk sama-sama belajar agar murid-murid kita bisa menemukan contoh konkrit disekitarnya, salam dan bahagia …

Alur Perkembangan Elemen Komunikasi dan Interaksi Antarbudaya









Komentar