Modul 5: Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan - Membimbing Murid, Memperbaiki Bangsa

 Modul PMM Topik dan Pelatihan: Merdeka Belajar 

 Modul 5: Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan

Membimbing Murid, Memperbaiki Bangsa


Guru membimbing dan mendampingi murid dalam proses belajarnya. Bukan hanya sekedar meningkatkan kecerdasan berpikirnya, melainkan juga secara tidak langsung berperan memperbaiki bangsa. VIdeo ini mengajak kita memahami bagaimana guru berperan dalam memperbaiki bangsanya. 

Referensi: Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013. Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013


Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru hebat

Ibu dan Bapak guru kali ini kita akan mengulas materi membimbing murid memperbaiki bangsa agar kita dapat memahami prinsip dan praktik pembelajaran yang mandiri dan kontekstual sesuai karakteristik dan kekhasan di daerah murid kita berada.

Murid seringkali merasa senang dan bangga ketika guru mengkonversi pemahaman pengetahuannya dalam belajar dengan angka-angka penilaian. Semakin tinggi nilai angka semakin dianggap pintar dan cerdas, sebaliknya semakin rendah nilai angka semakin dianggap tidak pintar atau tidak cerdas. Hal ini dapat berdampak pada motivasi belajar murid yang cenderung fokus mendapatkan penilaian angka tinggi dari guru dan berkompetisi atau bersaing dengan teman-temannya. Belum lagi sistem pemeringkatan kelas yang dilakukan oleh guru. Itu juga menjadi salah satu pengaruh motivasi belajar murid. Sebenarnya niat apresiasi kepada murid bukanlah hal yang buruk jika dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berpihak pada anak atau murid. Akan tetapi masih banyak dari kita pendidik yang belum memahami prinsip berpihak pada murid tersebut. Bagaimana perasaan murid ketika ia mendapatkan peringkat paling bawah di kelasnya atau mendapatkan nilai ujian yang paling rendah. Kemudian diumumkan di dalam kelas tanpa pengertian atau penguatan dari guru dengan tepat. Kecenderungan mengandalkan ujian atau evaluasi sumatif tanpa didasari atas pemahaman tentang penilaian itu sendiri dapat menjadi bumerang dan sangat merugikan murid, bahkan dapat melemahkan potensi dan kekuatannya.

Proses demi proses yang dilalui murid dalam mencari dan membangun pengetahuan dan pemahamannya juga sebaiknya menjadi perhatian utama para guru. Dari sanalah guru dapat melakukan penilaian proses belajar atau formatif yang juga dapat digunakan untuk membantu merefleksikan pembelajaran yang disusunnya, sehingga semangat perbaikan terus-menerus dapat diinternalisasikan dalam diri dan menjadi pegangan pada setiap pendidik. Budaya-budaya seperti memberikan nilai dengan angka dan membuat peringkat kelas sebaiknya dapat diubah dengan sistem penilaian dan apresiasi yang tidak membuat harkat dan martabat anak atau murid terkoyak dan memahami tujuan pengukuran atau penilaian itu sendiri.

Penilaian atau pengukuran dimaksudkan untuk mengukur hasil atau dampak dari implementasi pembelajaran dari sudut pandang murid. Maka murid sebagai pusat pembelajaran bukan hanya sebatas semboyan atau jargon tetapi juga dapat termanifestasikan ke dalam proses belajar murid sehari-hari. Misalnya membimbing murid untuk membangun koneksi dan konteks belajar terhadap dirinya sehingga ia mampu menentukan tujuan belajarnya, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga murid berani bertanya dan berpendapat ketika ia ingin mengetahui dan sesuatu dapat difasilitasi dengan baik. Bukan sebaliknya dilemahkan dengan stigma bahwa bertanya merupakan ciri murid yang tidak pandai atau tidak cerdas dan mendorong murid untuk mengembangkan keterampilan kerjasama dan gotong royong, membantu murid lain yang mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian bukan hanya kecerdasan pikiran yang murid dapatkan melainkan juga ia dapat mengembangkan kecerdasan sosial emosional melalui pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhannya.

Penumbuhan dan pengembangan karakter murid kadang terabaikan dan tertutupi oleh pengembangan kecerdasan kognitif dalam proses pembelajaran, padahal pendidikan karakter sama pentingnya dengan kecakapan kognitif murid yang dapat menjadi modal dalam kehidupan dan penghidupannya kelak.

Karakter yang berisikan nilai-nilai yang diyakini dan menjadi ciri khas murid menjalani hidupnya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Kesadaran untuk berani bertanya dan berpendapat merupakan salah satu karakter yang perlu dimiliki murid untuk mengaktualisasikan diri dimana ia berada. Dengan karakter berani bertanya dan mengemukakan pendapat ia akan terus mengasah keterampilan berpikir kritisnya, mengembangkan kepekaan yang pada lingkungan sekitar dan memajukan bangsa dan negaranya. Untuk mewujudkan itu mustahil murid akan mampu melakukannya sendiri. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain tidak mungkin bisa dihapus. Oleh karenanya karakter khas bangsa Indonesia yang didasarkan juga atas kodrat sebagai makhluk sosial yaitu gotong royong atau bekerjasama menjadi salah satu karakter penting yang murid dapat temukan pengalaman belajarnya. Gotong royong atau bekerjasama merupakan budaya ciri khas bangsa Indonesia, sehingga dengan membimbing murid untuk menemukan kesadaran bahwa gotong royong atau kerjasama penting dan bermanfaat baginya secara tidak langsung menanamkan, melestarikan dan memperbaiki budaya bangsa Indonesia. Maka kita sebagai pendidik dapat mendampingi murid untuk menemukan, menumbuhkan dan mengembangkan karakter tersebut sebagai bekal kehidupan dan penghidupannya sekaligus merupakan bagian dari kebudayaan kita. Dalam pembelajaran misalnya kita dapat melihat Bagaimana guru membuka kesempatan kepada murid seluas-luasnya untuk bertanya hal yang murid ingin ketahui dan menempatkan dirinya sebagai partner diskusi atau bertukar pikiran. Selain itu guru juga dapat berikan apresiasi terhadap segala pertanyaan dan pendapat yang dikemukakan oleh murid tanpa membeda-bedakan antara murid yang satu dengan murid yang lainnya. Contoh lain ketika guru merencanakan pembelajaran dengan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya, melibatkan murid dalam proses belajarnya dan melibatkan murid dalam mengevaluasi belajarnya dengan formulir penilaian diri misalnya. Sebagai orang dewasa kita hanya dapat membimbing murid untuk memunculkan karakter-karakter yang menurutnya sesuai dengan nilai dan prinsip yang diyakininya

Mari kita refleksikan bersama!

Apakah kita sudah memahami bahwa mengajar dan mendidik adalah bagian dari kebudayaan?

Lalu apa yang dapat kita lakukan agar dapat berkontribusi membentuk budaya bangsa yang kuat dan menjunjung nilai-nilai luhur kemanusiaan?

Selamat belajar Ibu dan Bapak guru hebat

Salam dan bahagia …



Komentar