Modul 2: Mendidik dan Mengajar - Pendidikan selama Satu Abad

 Modul PMM Topik dan Pelatihan: Merdeka Belajar 

 Modul 2: Mendidik dan Mengajar 


Pendidikan selama Satu Abad 

Kita percaya bahwa sekolah dan pendidikan merupakan bekal untuk murid kita mengisi masa depan. Pertanyaannya, Apakah hal-hal yang Ibu/ Bapak lakukan setiap hari di ruang kelas bisa membantu murid mengisi masa depannya? Pada modul ini kita akan bersama berefleksi mengenai praktik mengajar kita apakah sudah cukup menyiapkan murid di masa depan? 

Referensi: Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013. Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013


Salam dan Bahagia ibu dan bapak guru. Selamat datang kembali di modul mendidik dan mengajar.

Kali ini kita akan mengulas materi pendidikan selama 1 abad. Melihat perjalanan pendidikan nasional dari sudut pandang Ki Hadjar Dewantara mengenai cita-cita sistem pendidikan nasional.

Ibu dan Bapak Guru, metode pengajaran di jaman kolonial  Belanda yang menggunakan sistem pendidikan perintah dan sangsi tanpa sadar masuk ke dalam warisan cara guru-guru kita mendidik murid-muridnya bahkan mungkin sampai saat ini, praktek itu masih saja berlangsung. Misalnya masih ditemukan kasusu kekerasan pada murid di sekolah. Murid mendapat hukuman atau sangsi berat ketika mereka belum atau tidak mengerjakan perintah dari guru. Contoh lain adalah sistem penilaian atau penghargaan yang terlalu berorientasi pada kecakapan kognitif, misalnya kecakapan murid diukur dari hasil ujian sumatif yang menguji kecakapan kognitif semata. Akibatnya murid berusahha keras melatih kecakapannya dengan mengerjakan kisi-kisi soal ujian hingga mendapat nilai dan penghargaan dari sekolah. Nah fokus pada orientasi koginitif ini menyebabkan perkembangan kecakapan sosial emosional murid terabaikan. Disisi lain jika murid belum mampu memenuhi tuntutan-tuntutan ujian sumatif yang sangat berat, tidak jarang murid-murid kita mendapat penghakinan bahwa mereka dianggap gagal dalam belajar. Sistem pendididikan di jaman kolonial Belanda didasarkan atas diskriminasi yaitu adanya perbedaan perlakukan terhadap anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang sifatnya masih materialistik, indivivualistik dan intelektualistik. Hal ini bertentangan dengan keadaan dan kebudayaan bangsa timur. Sebagai perlawanan terhadap sistem yang diskrimintaif ini, Ki Hadjar Dewantara menggagasa perlunya sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara kedamaian dunia.

Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan sistem among yaitu yang terkenal dengan slogannya Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Ing Ngarsa Sung Tuladha artinya seorang guru haruslah berkomitmen menjadi seorang teladan. Ia harus memberikan contoh yang baik.

Ing Madya Mangun Karsa artinya seorang guru haruslah membangkitkan atau menguatkan semangat murid-muridnya bukan orang yang melemahkan semangat dan Tut Wuri Handayani yaitu seorang guru haruslah memberikan dorongan atau menjadikan murid-muridnya orang-orang yang mandiri atau orang-orang yang merdeka yang tumbuh kembang secara maksimal. Inilah esensi dari merdeka belajar. Meskipun semboyan ini diingat dengan sangat baik oleh banyak guru dengan istilah Tut Wuri Handayani , tetapi masih banyak juga yang belum memamahi roh dan maknanya yaitu untuk memerdekan murid

yang kemudian menjadi bagian dari jiwa-jiwa kita sebagai pendidik. 

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan dan kebangsaaan. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut adalah gagasan yang melampaui jamannya, dimana Beliau hidup dan masih relevan hingga sekarang ini. Terbukti atas kepribadian bangsa Indonesia

Landasan praktek pendidikan saat ini, tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Maka kita sebagai pendidik harus dapat menghayati pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang humanis yang terbukti masih relevan bahkan hingga masa kini dan akan mampu mengantarkan murid siap mengisi jamannya kelak.

Ki Hadjar Dewantara melihat bahwa sistem pendidikan di jaman kolonial belanda ini hanyalah tempat menebarkan pikiran atau rasio yang menebarkan ilmu pengetahuan atau kecerdasan saja tanpa adanya pendidikan sosial emosional atau tanpa adanya olah rasa. Selain pendidikan kecerdasan atau ketrampilan berfikir, Pendidikan kuktural yaitu pendidikan yang berdasarkan garis bangsa dan budaya, misalnya dengan menghargai proses belajar murid, merayakan setiap pencapaian pembelajarannya dan mengajar sesuai dengan kompetensinya juga sangat dibutuhkan oleh murid. Pendidikan kultural ini akan melengkapi, mempertajam dan memperkaya pendidikan kecerdasan murid. Sifat pendidikan yang intelektualistis, materialistis, kolonialis dan minimnya pengaruh kebudayaan yang kita alami pada jaman Belanda jangan sampai terulang kembali. Kita sebagai pendidik perlu menjaganya dengan menyambungkan naluri, tradisi dan kontinuitas dengan masa lampau

Model pendidikan dan pengajaran pengetahuan atau kecerdasan ala barat mungkin dapat kita gunakan dengan sayarat pendidikan kebudaayaan dan nasional kita berikan kepada murid demi terwujudnya

nusa dan bangsa serta menjadi bagian dari kesatuan perikemanusiaan

Untuk mencapai semua dasar utama yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu kemderdekaan setiap murid yang  mampu mengatur dirinya sendiri agar murid-murid berperasaan, berfikiran dan bekerja merdeka dalam ketertiban  bersama demi mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Pendidikan nasional yang mendasarkan pada garis-garis kebudayaan bangsanya untuk perikehidupan mengangkat derajat rakyat serta setara bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain demi kemuliaan umat manusia di dunia Maka pendidikan yang memerdekakan muridlah yang dapat menjadi pegangan kita sebagai pendidik untuk dapat mewujudkannya.

Ibu Bapak Guru, hanya mengadalkan naluri mendidik tidaklah cukup, kita juga perlu melengkapinya dengan Ilmu pendidikan yang selaras dengan jaman. Tuntunan yang baik pada murid didasarkan pada panduan atau teori atau pengetahuan tentang tuntunan yang terbaik sehingga pendidik dapat memberikan hak-hak pada murid untuk berkesempatan mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan keinginan dan bakatnya. Agar sebagai pendidik kita dapat memberikan daya upaya terbaik dalam mendidik murid. Kita membutuhkan semacam pagar atau pelindung yaitu dukungan dari rakyat atau masyarakat untuk bersama-sama menjaga atau menolak semua bahaya yang mengancam kekuatan-kekuatan dan potensi yang sedang tumbuh dari dalam diri murid-murid kita.

Mari kita renungkan bersama.

Apakah kita sudah mempraktekkan pembelajaran sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara?

Langkah apa yang dapat kita lakukan untuk bersama-sama kita bisa mewujudkannya?

Salam dan Bahagia

Ibu dan Bapak guru hebat

 

Latihan Pemahaman

Manakah budaya pendidikan zaman kolonial yang sudah tidak lagi di praktikkan di kelas:

Jawaban: Memukul Murid karena tidak mengerjakan tugas

Refleksi

Praktik pendidikan kolonial apa yang pernah Anda lakukan selama menjadi guru?

Komentar