Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila - Modul 2: Dimensi Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia - Elemen Akhlak Kepada Manusia

 Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila

 Modul 2: Dimensi Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
 

Elemen Akhlak Kepada Manusia

Keimanan dan ketakwaan pelajar terhadap Tuhan YME juga akan berpengaruh pada sikap dan perilakunya pada sesama manusia. Materi ini membahas harapan dari elemen akhlak kepada manusia dan tahapan perkembangannya di setiap fase murid. Video juga dilengkapi dengan contoh-contoh pembelajaran di sekolah yang bisa guru kembangkan dan adaptasi di sekolah masing-masing. 

Referensi: 
  1. SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sublemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka 
  2. https://www.edutopia.org/article/4-proven-strategies-teaching-empathy-donna-wilson-marcus-conyers (Diakses tanggal 4 November 2021)

Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru ..

Pada video ini kita akan melanjutkan pembahasan mengenai elemen ketiga dalam dimensi beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia yaitu elemen akhlak kepada manusia. Jika pada video sebelumnya kita belajar tentang perwujudan rasa sayang dan perhatian seorang murid pada dirinya sendiri, pada video kali ini kita akan belajar tentang perwujudan rasa sayang dan perhatian tersebut kepada sesama manusia. Seperti apa ya kira-kira pengembangan elemen ini pada setiap diri murid, lalu bagaimana contoh pembelajarannya di setiap jenjang.

Elemen akhlak kepada manusia terdiri dari dua sub elemen utama yaitu mengutamakan persamaan dengan orang dan menghargai perbedaan dan berempati kepada orang lain.

Sekarang mari kita coba renungkan sejenak pembelajaran selama ini di kelas untuk kedua suplemen ini Bagaimana sikap Ibu dan Bapak jika ada murid yang tidak menghargai perbedaan atau tidak empati pada temannya. Apakah kita sudah memberi contoh kepada murid untuk mengutamakan persamaan dan menghargai perbedaan serta berempati kepada siapapun selama ini? Sbagai bagian dari masyarakat murid perlu menyadari bahwa semua manusia setara di hadapan Tuhan mereka diharapkan mampu berakhlak mulia pada sesama manusia tanpa memandang perbedaan. Konsep ini sejalan dengan dimensi berkebhinekaan global. Murid perlu memahami bahwa setiap manusia tidak bisa memilih dilahirkan di keluarga dengan latar belakang agama, suku atau ras apa. Murid perlu memahami juga bahwa semua orang adalah unik dan mereka penting sebagai individu. Murid menyadari bahwa kesamaan adalah pemersatu dalam konteks perbedaan apapun yang ditemukan mereka berkenaan mendengarkan dengan baik pendapat yang berbeda dari pendapatnya dan menganalisanya secara kritis tanpa memaksakan pendapatnya sendiri. Mereka juga menolak prasangka buruk diskriminasi, perundungan dan kekerasan terhadap sesama manusia yang disebabkan oleh segala bentuk perbedaan. Sikap mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan lahir dari pembiasaan bukan hanya sekadar materi dalam kelas.

Jenjang PAUD adalah tahap mulai, murid mulai dibiasakan mengenali hal-hal yang sama dan berbeda yang dimiliki dirinya sendiri dan temannya dalam berbagai hal mereka terbiasa mendengarkan pendapat temannya baik itu pendapat yang sama ataupun pendapat yang berbeda dengan pendapat yang dimilikinya dan mengekspresikannya secara wajar.

Kebiasaan ini kemudian dikuatkan pada jenjang SD murid terbiasa memberikan respon terhadap perbedaan secara positif, murid bisa mengidentifikasi kesamaan antara dirinya dengan temannya untuk kemudian menjadikan kesamaan tersebut sebagai perekat hubungan sosial. Mereka mulai mengenali berbagai kemungkinan cara pandang yang berbeda ketika dihadapkan dengan situasi yang sulit.

Pada jenjang SMP murid pun naik tingkat dengan mengenal perspektif dan emosi dari sudut pandang orang atau kelompok lain yang tidak pernah dijumpai atau dikenalnya. Mereka bisa mengutamakan persamaan dan menghargai perbedaan sebagai alat pemersatu dalam keadaan konflik.

Dan pada jejak SMA atau SMK murid sudah bisa mengidentifikasi permasalahan bersama dan memberikan alternatif solusi untuk menjembatani perbedaan dan mengutamakan kemanusiaan. Dalam pembelajaran sub elemen ini wajib diterapkan dalam program kurikulum karena ini adalah bentuk sikap sehari-hari murid dalam interaksi apapun, misalnya saat mengerjakan tugas kelompok, Ibu dan Bapak guru membiasakan murid untuk bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakang sosial, tradisi, suku, agama atau kepercayaannya. Ibu dan Bapak guru juga bisa memberikan kesempatan pada mereka untuk saling bertukar pendapat dan mau mendengarkan orang lain dengan baik. Jika terjadi perbedaan pendapat kita bisa memberi contoh dengan memberikan respon yang positif. Jika terjadi konflik pada murid ibubapa bisa mencoba beberapa strategi seperti berlatih mengutarakan perasaan. Seseorang yang belum dewasa umumnya bereaksi cepat terhadap peristiwa yang menjengkelkan. Menjadi frustasi dan saling menyalahkan adalah reaksi yang mereka keluarkan ketika menghadapi konflik murid perlu berlatih mengutarakan perasaan mereka dengan cara yang sehat dan juga tenang. Ajarkan mereka menggunakan pernyataan “saya merasa” ketika marah dengan seorang teman ketika murid belajar menggunakan pernyataan ini mereka fokus pada bagaimana suatu perilaku mempengaruhi mereka tanpa harus menyalahkan. Berlatih menemukan solusi mungkin tampak lebih muda untuk membantu murid memecahkan masalah dengan memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya namun mereka akan menjadi pemecah masalah yang lebih baik ketika belajar bagaimana menemukan solusinya sendiri. Beri kesempatan kepada masing-masing murid yang sedang berkonflik untuk menceritakan peristiwa dari awal sampai akhir dari sudut pandangnya lalu tanyakan beberapa pilihan solusi dari kedua belah pihak dan terakhir mintalah mereka untuk mencari kesamaan diantara pilihan tersebut.

Ibu dan Bapak guru hebat selanjutnya kita bahas suplemen kedua yaitu tentang berempati kepada orang lain. Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain melihat dari sudut pandang orang tersebut dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan positif antara sesama manusia. Dengan berempati kita memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik dan lebih mudah dalam mengontrol emosi. Lalu seperti apa alur perkembangan sikap tersebut pada setiap jenjang.

Pada jenjang PAUD murid mulai dibiasakan mengenali emosi seperti sedih bahagia kecewa dan juga marah. Murid juga mulai mengetahui minat dan kebutuhan orang-orang terdekat serta meresponnya secara positif. Kebiasaan ini kemudian dikuatkan pada jenjang SD murai terbiasa memberikan apresiasi di lingkungan terdekatnya Hai mereka mulai memandang sesuatu dari perspektif orang lain serta mengidentifikasi kebaikan dan kelebihan orang disekitarnya. Pada jenjang SMP murid pun naik tingkat dengan mengenal perspektif dan emosi dari sudut pandang orang atau kelompok lain yang tidak pernah dijumpai dan atau dikenalnya. Pada jenjang SMA murid sudah bisa memahami dan menghargai perasaan dan sudut pandang orang dan atau kelompok lain.

Dalam pembelajaran kita bisa memberi kesempatan pada murid untuk berlatih melihat sudut pandang orang lain dan membayangkan apa yang orang lain pikirkan.

Ada beberapa strategi yang bisa kita coba di kelas, misalnya

  1. Memberikan contoh empati. Terkadang kita merasa kesal pada murid lalu apa yang sebaiknya dilakukan. Cobalah berhenti sejenak, tarik nafas lalu melihat situasi dari sudut mereka. Mengapa murid tersebut berpikir atau bertindak demikian, jadilah pendengar yang aktif dan beri respon dengan tutur kata serta bahasa tubuh yang tidak menghakimi,
  2. Memberikan pemahaman tentang sudut pandang. Ajak murid memahami bahwa konflik bisa terjadi karena perbedaan sudut pandang, misalnya melalui kegiatan-kegiatan di kelas sebagai  ice breaking seperti menggunakan huruf W dan M, angka 6 dan 9 atau objek lainnya. Setelahnya ajak murid berdiskusi, Mengapa ada jawaban-jawaban yang berbeda.
  3. Menggunakan literatur. Pilihlah literatur yang sesuai dengan jenjang murid misalnya dongeng populer bawang merah dan bawang putih. Kita pasti merasa simpati pada bawang putih karena Ia mendapat perlakuan buruk dari saudari dan ibu tirinya, tapi bagaimana jika kita ajak murid untuk melihat dari sudut pandang bawang merah. Ajukan pertanyaan untuk bahan diskusi seperti tentang perasaan bawang merah ketika pertama kali bertemu dengan bawang putih atau pertanyaan lain yang menggali sudut pandang bawang merah.

Nah bagaimana Ibu Bapak guru, ternyata mengajarkan akhlak kepada sesama manusia bisa dimulai dari hal-hal sederhana ya. Rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama yang ditanamkan pada murid juga dapat menguatkan perkembangan dimensi bergotong-royong dalam dirinya.

Ibu dan Bapak guru pelajar yang memiliki akhlak kepada manusia akan menjadi orang yang bertanggung jawab peduli dan berusaha aktif menjadi pemersatu ketika ada konflik.

Yuk mari bersama kita tumbuhkan elemen ini dalam diri sendiri dan juga murid kita.

Selamat berproses Ibu dan Bapak guru hebat, salam dan bahagia ….


Alur Perkembangan Elemen Akhlak kepada Manusia

Ibu dan Bapak Guru, Alur ini menjelaskan perkembangan yang diharapkan pada peserta didik dalam Elemen Akhlak kepada Manusia sejak akhir fase PAUD hingga akhir Fase F.

*gambar di bawah ini hanyalah previu.




Komentar