Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila - Modul 3: Dimensi Berkebhinekaan Global - Elemen Mengenal dan Menghargai Budaya
Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila
Elemen Mengenal dan Menghargai Budaya
Salam dan bahagia Ibu dan Bapak
guru..
Selamat datang kembali di modul
dimensi berkebhinekaan global. Kali ini kita akan mengulas elemen pertama dari
dimensi ini yaitu mengenal dan menghargai budaya.
Anak-anak untuk pelajaran seni
dan budaya hari ini buatlah suatu karya yang menunjukkan budaya daerah kalian
berasal, bisa makanan tradisional, karya seni atau yang lainnya. Buatlah
bersama orangtua. Ingat bukan orang tua yang membuatkan ya tetapi bekerjasama
dengan orangtua. Diskusikan bersama orang tua apa nama karyanya, mengapa
memilih karya itu dan cerita apa yang terkandung dari karya itu. Ibu beri waktu
satu minggu lalu dikumpulkan ya.
Kamu membuat apa?
Mm Ibuku kusuka membuat jamu,
katanya dari dulu sama eyang suka buat jamu tapi aku ndak tahu itu termasuk
budaya atau bukan
Aku juga mau tanya Mama ahh
Ibu dan Bapak guru apa yang
dilakukan ibu Gema tadi ingin mendorong muridnya mengenal dan menghargai budaya
asalnya melalui keluarga. Ini juga bisa kita terapkan dalam praktek mengajar
kita melibatkan orangtua dalam mengenal dan menghargai budaya. Mengenalkan
murid pada budaya dan menghargainya tidak hanya sebatas menghasilkan karya atau
produk budaya tetapi juga mampu memahami makna atau cerita di produk budaya
tersebut, maka murid perlu diberi penjelasan pentingnya mengenal dan menghargai
budayanya agar ia mampu mendalami budaya dan identitas budaya, mengeksplorasi
dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan serta prakteknya dan
menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya.
Tiga hal ini merupakan sub elemen
dari elemen mengenal dan menghargai budaya dalam dimensi berkebhinekaan Global.
Ibu dan Bapak guru ketiga sub elemen tersebut dapat kita masukkan ke dalam
pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan murid.
Pada jenjang PAUD, murid
dikenalkan identitas diri dan orang lain serta kebiasaan budaya dalam
keluarganya dan orang lain.
Pada jenjang SD dan sederajat di
akhir fase ini, murid diharapkan dapat mengidentifikasi keragaman budaya di
sekitarnya, menjelaskan peran budaya dan bahasa dalam kehidupannya. Ini akan
mendorong murid untuk dapat mendeskripsikan dan membandingkan pengetahuan,
kepercayaan dan praktik dari berbagai kelompok budaya.
Pada jenjang SMP dan sederajat
murid diharapkan dapat menjelaskan perubahan budaya yang mempengaruhi identitas
dirinya, memahami dinamika budaya yang terjadi secara personal maupun sosial
Pada jenjang SMA atau SMK dan
sederajat murid diharapkan mampu menganalisis bagaimana menjadi anggota
kelompok lokal, regional, nasional dan global yang berpengaruh pada pembentukan
identitas diri, menginternalisasi menjadi bagian budaya bangsa sehingga
mendorong murid untuk dapat menganalisis dinamika budaya dalam dimensi waktu
dan konteks yang lebih luas.
Sementara pada perkembangan sub
elemen ketiga menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya.
Contoh praktiknya sebagai berikut, pada jenjang PAUD, murid dapat membiasakan
untuk menghargai dan menghormati budaya yang berbeda, pada jenjang SD dan
sederajatnya murid dapat mengidentifikasi peluang dan tantangan dari keragaman
budaya di Indonesia. Pada jenjang SMP dan sederajat murid dapat memahami
pentingnya melestarikan dan merayakan tradisi budaya dalam kehidupan
sehari-hari. Pada jenjang SMA atau SMK dan sederajatnya murid dapat memahami
pentingnya saling menghormati budaya, mempromosikan budaya dan kolaborasi
pertukaran budaya yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari.
Ibu dan Bapak guru setelah
mengetahui capaian tiap sub elemen, kita dapat mengintegrasikannya ke dalam
pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila dan
ekstrakurikuler. Misalnya pada anak usia dini, berikan aktivitas bermain dengan
muatan pengenalan identitas dirinya agar ia terlebih dahulu mengenal dan
memahami dengan baik identitasnya. Yang juga penting guru dapat memberikan
penekanan pemahaman bahwa setiap orang atau individu memiliki identitas yang
berbeda sejak lahir, sehingga ia dapat mengenali perbedaan dan persamaan
dirinya dengan orang disekitarnya. Pembiasaan kegiatan bermain berkelompok
dengan teman yang berbeda-beda juga dapat mendorong rasa menyayangi, menghargai
perbedaan serta melihat dan kesukaan dari teman-temannya yang berbeda
Pada pembelajaran di jenjang SD,
guru dapat mengajak murid mengenal identitas kelompok dengan berkunjung dan
mengamati berbagai kelompok yang ada di masyarakat misalnya berkunjung ke
masyarakat dengan suku atau budaya yang berbeda, bisa juga dengan mengamati
kelompok-kelompok yang ada disekitarnya. Murid mencoba mengenali kelompok mana
yang terbentuk secara alami dan sosial. Contoh lainnya murid berpasangan dengan
temannya dan saling bertanya menelusuri perbedaan dan persamaan masing-masing,
bisa dengan berkunjung ke rumahnya, mewawancarai keluarganya dan lain-lain. Ajak
murid memperluas wawasannya dengan beragam media belajar untuk dapat mengenali
keragaman identitas kelompok lain.
Pembelajaran jenjang SMP dan
sederajat tentu lebih kompleks, misalnya guru dapat meminta murid membentuk
kelompok yang terdiri dari lima orang. Setiap kelompok dapat memilih nama
pulau-pulau di Indonesia. Dari berbagai sumber, masing-masing kelompok
mengumpulkan informasi dan berdiskusi tentang keragaman etnis, ras, suku, agama,
budaya dan kesenian yang ada di setiap Pulau. Bandingkan data dan informasi
tersebut dalam periode waktu tertentu, misal pada rentang waktu tahun 1980
sampai 2020, pergeseran budaya apa yang terjadi atau bahkan budaya apa saja
yang telah hilang dan lain sebagainya. Lalu murid akan menganalisis percampuran
budaya yang terjadi, bagaimana dinamika budaya berlangsung, pengaruh ke
campuran budaya yang ada sampai pada akhirnya murid dapat mengkampanyekan
warisan dan identitas budaya luhur yang wajib dijaga dan dilestarikan.
Contoh pembelajaran di jenjang
SMA atau SMK dan sederajat dapat diarahkan melalui studi kasus misalnya bagaimana
budaya Bali dengan ritual tarian dan pakaian khas Bali yang dikenal dunia. Dari
situ murid dapat belajar bagaimana menguatkan identitasnya dengan percaya diri
ditengah pergaulan global. Bagi murid yang memiliki ketertarikan budaya lain
dibebaskan untuk memilih ketertarikannya dalam menganalisis dinamika budaya
untuk memunculkan potensi dan tantangan kedepan bagi budaya bangsa Indonesia, misalnya
dengan promosi dan kolaborasi budaya. Batik dapat menjadi bagian dari fashion
atau pakaian yang mendunia, sejajar dengan fashion atau pakaian dari
negara-negara lain sehingga murid dapat mencontoh hal-hal baik dalam menghargai
budaya, mempromosikan budaya dan berkolaborasi antar budaya.
Ibu dan Bapak guru masih banyak
strategi pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan sub-sub
elemen ini. Ibu dan Bapak guru kecintaan terhadap diri dan budayanya sendiri
menjadi modal utama bagi murid untuk dapat menghargai budaya-budaya lain yang
ada disekitarnya. Ini juga yang menjadi landasan dalam melatih dan
menumbuhkembangkan dimensi berkebhinekaan global dalam diri murid. Seperti kata
Soekarno bahwa internasionalisme harus ditumbuhkembangkan melalui nasionalisme.
Nasionalisme ini juga menjadi bagian yang penting dari dimensi beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dan bergotong-royong,
dengan begitu pelajar Indonesia pun dapat berkembang menjadi bagian dari warga
dunia yang memiliki jati diri kebangsaan dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan
universal.
Selamat belajar Ibu dan Bapak
guru hebat, salam dan bahagia …
Alur Perkembangan Elemen Mengenal dan Menghargai Budaya
Komentar
Posting Komentar