Modul PMM Topik dan Pelatihan: Kurikulum Merdeka - Modul 1: Kurikulum? - Mengapa Kurikulum Perlu Diadaptasi?
Modul PMM Topik dan Pelatihan: Kurikulum Merdeka
Mengapa Kurikulum Perlu Diadaptasi?
Salam dan bahagia Ibu dan Bapak
guru …
Pada materi yang lalu kita telah
mengetahui penyebab di balik perubahan kurikulum. Lantas bagaimana kurikulum
ini bisa terhubung dengan pembelajaran dikelas?. Konteks satuan pendidikan yang
beragam membuat banyak hal tidak mudah diimplementasikan di kelas. Itulah
sebabnya kurikulum yang ditetapkan secara nasional perlu diadaptasi di tingkat
satuan pendidikan. Kali ini kita akan belajar bersama tentang mengapa kita
perlu melakukan adaptasi terhadap kurikulum.
Ibu dan Bapak guru, mari kita
lihat lingkungan di sekitar sekolah dimana sekolah kita berada. Apakah di tepi
pantai? Apakah di tengah-tengah perkebunan? Apakah di tengah perkotaan yang
padat penduduknya? Setahun belakangan perubahan apa saja yang terjadi di
sekitar sekolah, Apakah ada bangunan yang baru didirikan? Apakah ada hal-hal
yang mengubah kehidupan guru dan murid di sekolah?
Keadaan sekolah dan sekitar kita
memang berbeda-beda, murid kita pun berbeda-beda. Bisa jadi pembelajaran yang
paling berhasil untuk masing-masing murid juga tidak sama. Ada perbedaan
lingkungan dan ekosistem di sekolah. Perubahan juga terus terjadi disekitar
kita. Hal-hal itulah yang menjadi alasan mengapa kurikulum di pemerintah pusat
harus melalui proses adaptasi terlebih dahulu. Bentuk adaptasi kurikulum harus
sesuai dengan kebutuhan murid-murid di sekolah. Ini bisa diterjemahkan dalam
kurikulum operasional satuan pendidikan, agar memudahkan kita singkat saja KOSP.
Ibu dan bapak guru, yuk kita
simak ceritanya …
Pak Heriyanto adalah kepala sekolah
SDN Gunung 01, sekolahnya terletak di tengah perkebunan kopi di kaki gunung. Selama
ini beliau belum memahami pentingnya mengadaptasi kurikulum. Biasanya beliau
dan rekan-rekan guru hanya mengajar sesuai dengan apa yang ada di buku teks.
Suatu ketika Pak Heriyanto melihat rekan gurunya mengajar IPAS tentang
ekosistem. Guru tersebut menggunakan contoh dalam buku teks untuk menjelaskan
tentang ekosistem. Ia menggunakan hewan-hewan yang ada di laut melalui
gambar-gambar dalam buku. Pak Heriyanto kemudian berpikir tentang letak sekolah
di tengah perkebunan, beliau mendengar suara jangkrik dan cuitan burung. Beliau
juga ingat bahwa murid-muridnya sering melihat ular saat ikut orang tuanya di
kebun. Beliau berpikir hewan-hewan tersebut bisa digunakan untuk menjelaskan
tentang ekosistem dengan lebih baik, mengapa? karena hewan-hewan tersebut bisa
ditemui oleh murid-muridnya.
Lalu beberapa hal lain terlintas
dalam pikiran Pak Heriyanto, bagaimana jika para guru mengajar IPAS dengan
menggunakan contoh hewan yang ada di sekitar sekolah?, murid-murid pasti lebih
tertarik karena mereka akan lebih mudah membayangkan apa yang sedang dipelajari.
Tujuannya tentu saja untuk membantu murid mendapat pembelajaran yang lebih
bermakna. Kemudian Pak Heriyanto mencari materi yang pernah diberikan oleh
salah seorang temannya. Materi tersebut membahas tentang bagaimana memanfaatkan
lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran. Beliau menyadari bahwa cara
mengajar yang hanya bertumpu pada buku teks sangat tidak cukup. Bisa jadi hal
tersebut membuat siswa kurang dapat menghubungkan apa yang dipelajari dengan
kehidupan mereka. Beliau ingat tentang KTSP yang mengharuskan satuan pendidik
untuk membuat kurikulum. Beliau berfikir, wah jangan-jangan sudah saatnya kita
mengembangkan kurikulum yang berbasis sekolah. Pak Heriyanto kemudian
mendiskusikan hal ini dengan teman-teman guru di sekolah. Beliau menyampaikan
tentang gagasan untuk membangun kurikulum berbasis sekolah. Salah satu gurunya
nyeletuk “Iya Pak saya dengar-dengar sekarang sekolah itu harus membuat KOSP
Pak”
Setelah itu, seluruh pemangku
kepentingan SDN Gunung 01 mulai membicarakan pengembangan KOSP. Bersama-sama
mereka memahami secara utuh kerangka dasar kurikulum yang sudah ditetapkan pada
tujuan pendidikan nasional, profil pelajar Pancasila, struktur kurikulum,
prinsip pembelajaran dan asesmen, dan capaian pembelajaran. Mereka juga mulai
menganalisa kebutuhan murid-murid dan kondisi sekolah. Pak Heriyanto juga
mengintegrasikan visi sekolah ke dalam KOSP. Visi sekolahnya adalah melahirkan
murid murid yang cerdas, berakhlak, bertanggung jawab dan peduli akan
lingkungan.
Pak Heriyanto semakin yakin
seandainya pelajaran IPAS menggunakan pembelajaran yang telah disesuaikan pasti
akan memberi pemahaman yang lebih bermakna bagi para murid. Misalnya dalam
pembelajaran IPAS mengenai ekosistem, Pak Heriyanto dan rekan-rekan guru akan
meminta murid melakukan observasi langsung terhadap hewan yang ada disekitarnya.
Murid-murid juga akan diajarkan tentang bagaimana kaitan kehidupan sehari-hari
dengan kelangsungan ekosistem yang harus terus dijaga.
Nah Ibu dan Bapak guru hebat, apa
yang dilakukan Pak Haryanto dan rekan-rekan gurunya di sekolah adalah melakukan
adaptasi kurikulum caranya adalah dengan merancang kaos bisa jadi penterjemahan
kurikulum tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografis tetapi juga faktor
budaya dan sosiologis. Kurikulum operasional untuk murid-murid di daerah
pertanian berbeda dengan kurikulum operasional didaerah pariwisata. KOSP adalah
dokumen hidup sehingga KOSP dapat disesuaikan dengan kebutuhan murid, tentunya
setelah proses refleksi sudah dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Ibu dan Bapak guru ternyata
dokumen kurikulum dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, bahkan kita bisa
turut mengembangkan dan menyesuaikan demi mencapai tujuan pendidikan. Kita juga
bisa memenuhi kebutuhan murid-murid yang memiliki keunikannya masing-masing. Keanekaragaman
latar belakang dan kemampuan murid adalah tolak ukur adaptasi KOSP. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa setiap saat murid akan berkembang sesuai dengan
zamannya.
Mari kita mulai dengan bersemangat
untuk terus belajar.
Salam dan Bahagia, Ibu dan Bapak
guru …
Komentar
Posting Komentar