Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila - Modul 3: Dimensi Berkebhinekaan Global - Dimensi Berkebhinekaan Global

 Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila

 Modul 3: Dimensi Berkebhinekaan Global
 

Dimensi Berkebhinekaan Global

Pada video ini, kita akan melihat gambaran dan harapan dari pelajar dengan dimensi berkebinekaan global yang tumbuh matang dalam dirinya. Materi dikemas dalam bentuk keseharian murid untuk memudahkan Ibu dan Bapak Guru memahami harapan dari dimensi ini. Dalam video ini, kita juga akan mengenal 4 elemen kunci dari dimensi berkebinekaan global. 

Referensi: 
SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sublemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka


Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru, mendengar kata bhineka mungkin hal yang terlintas dibenak kita adalah Bhinneka Tunggal Ika semboyan dari bangsa Indonesia.

Semangat tersebut tumbuh karena Indonesia adalah negara yang kaya keragaman mulai dari etnis, suku, bahasa, agama, kepercayaan hingga kelompok identitas lainnya. Perbedaan-perbedaan yang ada ini bukan menjadi sebuah ancaman melainkan sebagai kekayaan yang saling melengkapi dan menyatukan bangsa Indonesia.

Nah sebagai pendidik tentu penting untuk menciptakan suasana belajar yang membuat murid-murid peka dan menghormati kebhinekaan tanpa harus kehilangan jati dirinya.

(Video percakapan)

Daya: Teman-teman kalian sudah tahu belum kemarin Satya  jatuh dan tangannya patah

Mathias: Astaga lalu sekarang keadaannya bagaimanakah?

Kemarin dia sempat dibawa ke dokter dan diperban tapi sekarang kata Ibunya sudah di rumah kok

Wah kalau gitu bagaimana kalau kita jenguk Satya ke rumahnya?

Ide yang bagus itu, enaknya kita bawakan apa ya

Mathias: Menurut yang aku baca kalau orang patah tulang sebaiknya makan makanan berprotein tinggi

kalau sate maranggi gimana?

Daya: Eh jangan keluarga Satya tuh tidak mengkonsumsi daging, mungkin kita bisa cari makanan dari kacang-kacangan

Mathias: uh aku rasa banyak makanan tradisional Indonesia yang merupakan olahan kacang. Bagaimana kalau Halua kenari khas Ternate.

Oh iya ide bagus itu mungkin kita juga tambah minuman segar seperti es buah. Selain protein orang yang baru patah tulang juga perlu banyak vitamin.

Wah iya ya kalau gitu bagaimana kalau kita berbagi tugas, ada yang beli kue Halua dan ada yang membuat es buah

Daya: Oke setuju, sa saja yang buat es buah nanti buatnya di rumahku saja

Oke aku ikut Daya membuat es buah

Daya: Oh iyo Nanti berangkatnya setelah baik salat saja e

mm kasih teman-teman

eh iya ngomong-ngomong Swasti kita ajak juga yuk

Hai Swasti, Satya tangannya patah dan kami berencana menemuinya nanti kau mau ikut?

Swasti: Oh ya ampun kasihan sekali Satya, patah karena apa yo? Tapi maaf aku sepertinya ndak ikut kalian

katanya patah karena jatuh terpeleset di rumahnya

Eh kenapa Swasti tidak ikut?

Swasti: ya aku kan juga tidak sering ngobrol dengan Satya, kami tidak sedekat Itu, jadi kayaknya akan jadi canggung kalian saja deh yang pergi

Daya: Swasti sebenarnya sih menurut saya tidak apa-apa ye, menjenguknya tuh walau tidak terlalu dekat sekalipun, soalnya kan kamu tidak sendiri toh. Kita beramai-ramai sejak datangnya tuh

Swasti: tapi aku tidak nyaman nih apalagi ini ke rumahnya langsung

ya sudah Swasti kalau memang kamu merasa seperti itu tanpa kami tidak memaksamu juga

Swasti: Begini saja kalau kalian ingin membawakan sesuatu untuknya aku ikut patungan yuk,Tapi maaf aku nggak bisa ikut kalau menjenguknya

Ya sudah tidak apa-apa Swasti , terima kasih ya. nanti kalau begitu kita kabari lagi ya Setelah selesai hitung-hitung patungan nya

Wah menarik sekali ya melihat obrolan para murid kita ini ketika ada teman yang sakit mereka begitu peduli bahkan merekapun saling berbagi tugas untuk menyiapkan makanan dan minuman yang akan dibawa saat menjenguk, tidak sekedar asal memilih mereka juga mempertimbangkan tradisi yang dipegang teguh oleh keluarga temannya. Selain itu jika kita perhatikan lebih dalam mereka juga memberi kesempatan pada teman yang berbeda agama darinya untuk beribadah terlebih dahulu. Tak hanya itu pada adegan selanjutnya ketika ada teman yang ternyata enggan menjenguk karena memiliki perbedaan pandangan, mereka juga berusaha tetap menghargai pilihan teman tersebut.

Nah dari adegan-adegan sebetulnya kita bisa melihat bagaimana perbedaan itu dimaknai dan disikapi secara positif, baik dari perbedaan tradisi, agama hingga pendapat personal pun nyatanya perbedaan yang ada tidak menghalangi murid-murid kita tadi untuk tetap bisa berteman, berempati bahkan berbagi. Di sinilah sebetulnya salah satu contoh cerminan nyata mengenal dan menghargai budaya.

(lanjutan video percakapan)

Ibu Satya: Eh ada teman-temannya Satya, masuk Nak. Satya, ada teman-temanmu nih

Satya: Ya ampun Terima kasih ya kalian sudah repot-repot datang ke sini

Ah tidak repot kok, kek mana keadaanmu Satya?

Satya: Sekarang sudah tidak terlalu sakito hanya memang masih terbatas kalau mau bergerak, terutama untuk mengangkat benda yang berat

eh ya ini kami ada bahwa sedikit cemilan untukmu

Satya: wahh yaa ampun Terima kasih banyak ya teman-teman

ngomong-ngomong saat dia tadi aku lihat pagar rumahmu ke unik sekali

Satya: pintu itu namanya Angkul-angkul, kalau di Bali, gerbang rumahnya biasanya ada ukiran-ukiran khusus dengan nama-nama tertentu. Oh iya ini juga ada gamelan selonding alat musik khas Bali turun temurun dari kakek buyutku

Daya: Satya kamu bisa main alat itu?

Satya: ya bisa sih karena di keluargaku dari kecil Kami belajar berbagai kesenian Bali

Daya: ia menarik sekali

Daya kamu juga akan banyak mengenal budaya Kalimantan itu membanggakan juga loh sebagai anak Indonesia kita memang perlu terus belajar dan melestarikan budaya kita

Setuju walaupun saat ini banyak sekali pengaruh budaya luar kita tidak boleh meninggalkan budaya kita sendiri Le termasuk bahasa nasional kita bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah. Jadi biarpun kita belajar bahasa asing. Mari kita tetap keras menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sambil tidak lupa melestarikan bahasa daerah

Wah lagi-lagi kita dibuat tersenyum ya melalui pertemanan mereka tidak hanya bisa menghargai satu sama lain mereka juga menunjukkan rasa bangganya sebagai anak Indonesia. Dengan sikap seperti ini sesungguhnya mereka telah menunjukkan nasionalisme yang kuat yang akan menjadi bekal yang baik dalam berkompetisi di dunia global kedepannya.

(Video percakapan)

Berita terkini sore ini telah terjadi gempa bumi di Halmahera berkekuatan 7,2 skala Richter gempa tersebut berlangsung selama dua hingga lima detik.

Astagfirullah gempanya besar itu ya semoga semuanya lepas tertangani ya

Daya: eh ngomong-ngomong berita penting kayak begini tuh menurut saya masih sedikit sekali yee yang ada penerjemah bahasa isyaratnya tuh tahu toh

Ohiya yo betul juga kayaknya. Bahh padahal mereka yang tuli juga berhak mendapatkan informasi dan hiburan seperti kita

Iya dan tak hanya itu kalau dilihat lebih luas lagi menurutku masih banyak PR kita untuk memberikan akses yang setara bagi para penyandang disabilitas.

Wah aku jadi terpikir ide bagaimana kalau kita belajar bahasa isyarat bersama-sama. Mungkin kita bisa cari dari buku atau video tutorial di internet aku rasa sudah banyak sih.

Nah Ibu dan Bapak guru dari percakapan mereka ini kita bisa melihat bahwa ternyata kebhinekaan itu luas sekali ya, bukan hanya keragaman budaya dan agama melainkan juga keragaman kondisi fisik dari pertemanan tokoh-tokoh tadi sebenarnya telah menjadi contoh nyata dari pelajar Indonesia yang memiliki dimensi berkebhinekaan global. Dimensi tersebut penting untuk dimiliki para pelajar kita sebagai modal bagi mereka untuk menghadapi dunia kelak dengan berbagai situasi dan keragaman yang tak bisa dihindari. Mereka bisa tetap memiliki identitas diri dan menempatkan dirinya sebagai sosok yang dapat berinteraksi secara positif dan menjadi pembawa damai ketika hidup berdampingan dengan orang lain.

Jika kita rangkum sebenarnya ada empat elemen penting dalam dimensi ini. Keempat elemen tersebut tentu perlu dipahami dan dibangun secara utuh dan berkesinambungan sambil mempertimbangkan konteks masyarakat yang ada di sekitar murid kita.

Jika Ibu dan Bapak guru menemukan situasi yang homogen, peran kita justru menjadi pemberi paparan yang luas tentang kebhinekaan. Sebaliknya jika situasi yang ada sudah kaya akan keragaman, Ibu dan Bapak guru dapat membangun dimensi ini sembari mempraktikkan langsung. Dengan membangun keempat elemen tersebut secara positif niscaya akan lahir profil pelajar Indonesia yang akan terus memegang teguh nilai-nilai luhur Pancasila dan semangat nasionalisme serta turut berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang adil demokratis, inklusif dan berkelanjutan. Mereka akan menjadi sosok yang bangga menjadi Indonesia tanpa stereotip intoleransi dan kekerasan terhadap kelompok yang berbeda dari dirinya.

Selamat belajar Ibu dan Bapak guru hebat, salam dan bahagia …

Latihan Pemahaman












Refleksi

Apa pengalaman Ibu/Bapak yang paling berkesan ketika berinteraksi dengan budaya/bahasa yang berbeda? Bagaimana Ibu/Bapak menanggapi hal tersebut?

Komentar