Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila - Modul 3: Dimensi Berkebhinekaan Global - Dimensi Berkebhinekaan Global
Modul PMM Topik dan Pelatihan: Profil Pelajar Pancasila
Dimensi Berkebhinekaan Global
Salam dan bahagia Ibu dan Bapak
guru, mendengar kata bhineka mungkin hal yang terlintas dibenak kita adalah
Bhinneka Tunggal Ika semboyan dari bangsa Indonesia.
Semangat tersebut tumbuh karena
Indonesia adalah negara yang kaya keragaman mulai dari etnis, suku, bahasa,
agama, kepercayaan hingga kelompok identitas lainnya. Perbedaan-perbedaan yang
ada ini bukan menjadi sebuah ancaman melainkan sebagai kekayaan yang saling
melengkapi dan menyatukan bangsa Indonesia.
Nah sebagai pendidik tentu
penting untuk menciptakan suasana belajar yang membuat murid-murid peka dan
menghormati kebhinekaan tanpa harus kehilangan jati dirinya.
(Video percakapan)
Daya: Teman-teman kalian sudah
tahu belum kemarin Satya jatuh dan
tangannya patah
Mathias: Astaga lalu sekarang
keadaannya bagaimanakah?
Kemarin dia sempat dibawa ke
dokter dan diperban tapi sekarang kata Ibunya sudah di rumah kok
Wah kalau gitu bagaimana kalau
kita jenguk Satya ke rumahnya?
Ide yang bagus itu, enaknya
kita bawakan apa ya
Mathias: Menurut yang aku baca
kalau orang patah tulang sebaiknya makan makanan berprotein tinggi
kalau sate maranggi gimana?
Daya: Eh jangan keluarga Satya
tuh tidak mengkonsumsi daging, mungkin kita bisa cari makanan dari kacang-kacangan
Mathias: uh aku rasa banyak
makanan tradisional Indonesia yang merupakan olahan kacang. Bagaimana kalau Halua
kenari khas Ternate.
Oh iya ide bagus itu mungkin
kita juga tambah minuman segar seperti es buah. Selain protein orang yang baru
patah tulang juga perlu banyak vitamin.
Wah iya ya kalau gitu bagaimana
kalau kita berbagi tugas, ada yang beli kue Halua dan ada yang membuat es buah
Daya: Oke setuju, sa saja yang
buat es buah nanti buatnya di rumahku saja
Oke aku ikut Daya membuat es
buah
Daya: Oh iyo Nanti
berangkatnya setelah baik salat saja e
mm kasih teman-teman
eh iya ngomong-ngomong Swasti
kita ajak juga yuk
Hai Swasti, Satya tangannya
patah dan kami berencana menemuinya nanti kau mau ikut?
Swasti: Oh ya ampun kasihan
sekali Satya, patah karena apa yo? Tapi maaf aku sepertinya ndak ikut kalian
katanya patah karena jatuh
terpeleset di rumahnya
Eh kenapa Swasti tidak ikut?
Swasti: ya aku kan juga tidak
sering ngobrol dengan Satya, kami tidak sedekat Itu, jadi kayaknya akan jadi
canggung kalian saja deh yang pergi
Daya: Swasti sebenarnya sih menurut
saya tidak apa-apa ye, menjenguknya tuh walau tidak terlalu dekat sekalipun, soalnya
kan kamu tidak sendiri toh. Kita beramai-ramai sejak datangnya tuh
Swasti: tapi aku tidak nyaman
nih apalagi ini ke rumahnya langsung
ya sudah Swasti kalau memang
kamu merasa seperti itu tanpa kami tidak memaksamu juga
Swasti: Begini saja kalau
kalian ingin membawakan sesuatu untuknya aku ikut patungan yuk,Tapi maaf aku
nggak bisa ikut kalau menjenguknya
Ya sudah tidak apa-apa Swasti ,
terima kasih ya. nanti kalau begitu kita kabari lagi ya Setelah selesai
hitung-hitung patungan nya
Wah menarik sekali ya melihat
obrolan para murid kita ini ketika ada teman yang sakit mereka begitu peduli
bahkan merekapun saling berbagi tugas untuk menyiapkan makanan dan minuman yang
akan dibawa saat menjenguk, tidak sekedar asal memilih mereka juga
mempertimbangkan tradisi yang dipegang teguh oleh keluarga temannya. Selain itu
jika kita perhatikan lebih dalam mereka juga memberi kesempatan pada teman yang
berbeda agama darinya untuk beribadah terlebih dahulu. Tak hanya itu pada
adegan selanjutnya ketika ada teman yang ternyata enggan menjenguk karena
memiliki perbedaan pandangan, mereka juga berusaha tetap menghargai pilihan
teman tersebut.
Nah dari adegan-adegan sebetulnya
kita bisa melihat bagaimana perbedaan itu dimaknai dan disikapi secara positif,
baik dari perbedaan tradisi, agama hingga pendapat personal pun nyatanya
perbedaan yang ada tidak menghalangi murid-murid kita tadi untuk tetap bisa
berteman, berempati bahkan berbagi. Di sinilah sebetulnya salah satu contoh
cerminan nyata mengenal dan menghargai budaya.
(lanjutan video percakapan)
Ibu Satya: Eh ada
teman-temannya Satya, masuk Nak. Satya, ada teman-temanmu nih
Satya: Ya ampun Terima kasih
ya kalian sudah repot-repot datang ke sini
Ah tidak repot kok, kek mana
keadaanmu Satya?
Satya: Sekarang sudah tidak
terlalu sakito hanya memang masih terbatas kalau mau bergerak, terutama untuk
mengangkat benda yang berat
eh ya ini kami ada bahwa
sedikit cemilan untukmu
Satya: wahh yaa ampun Terima
kasih banyak ya teman-teman
ngomong-ngomong saat dia tadi
aku lihat pagar rumahmu ke unik sekali
Satya: pintu itu namanya Angkul-angkul,
kalau di Bali, gerbang rumahnya biasanya ada ukiran-ukiran khusus dengan nama-nama
tertentu. Oh iya ini juga ada gamelan selonding alat musik khas Bali turun
temurun dari kakek buyutku
Daya: Satya kamu bisa main
alat itu?
Satya: ya bisa sih karena di
keluargaku dari kecil Kami belajar berbagai kesenian Bali
Daya: ia menarik sekali
Daya kamu juga akan banyak
mengenal budaya Kalimantan itu membanggakan juga loh sebagai anak Indonesia
kita memang perlu terus belajar dan melestarikan budaya kita
Setuju walaupun saat ini
banyak sekali pengaruh budaya luar kita tidak boleh meninggalkan budaya kita
sendiri Le termasuk bahasa nasional kita bahasa Indonesia dan juga bahasa
daerah. Jadi biarpun kita belajar bahasa asing. Mari kita tetap keras menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sambil tidak lupa melestarikan bahasa
daerah
Wah lagi-lagi kita dibuat
tersenyum ya melalui pertemanan mereka tidak hanya bisa menghargai satu sama
lain mereka juga menunjukkan rasa bangganya sebagai anak Indonesia. Dengan
sikap seperti ini sesungguhnya mereka telah menunjukkan nasionalisme yang kuat
yang akan menjadi bekal yang baik dalam berkompetisi di dunia global kedepannya.
(Video percakapan)
Berita terkini sore ini telah
terjadi gempa bumi di Halmahera berkekuatan 7,2 skala Richter gempa tersebut
berlangsung selama dua hingga lima detik.
Astagfirullah gempanya besar
itu ya semoga semuanya lepas tertangani ya
Daya: eh ngomong-ngomong
berita penting kayak begini tuh menurut saya masih sedikit sekali yee yang ada
penerjemah bahasa isyaratnya tuh tahu toh
Ohiya yo betul juga kayaknya. Bahh
padahal mereka yang tuli juga berhak mendapatkan informasi dan hiburan seperti
kita
Iya dan tak hanya itu kalau
dilihat lebih luas lagi menurutku masih banyak PR kita untuk memberikan akses
yang setara bagi para penyandang disabilitas.
Wah aku jadi terpikir ide bagaimana
kalau kita belajar bahasa isyarat bersama-sama. Mungkin kita bisa cari dari
buku atau video tutorial di internet aku rasa sudah banyak sih.
Nah Ibu dan Bapak guru dari
percakapan mereka ini kita bisa melihat bahwa ternyata kebhinekaan itu luas
sekali ya, bukan hanya keragaman budaya dan agama melainkan juga keragaman
kondisi fisik dari pertemanan tokoh-tokoh tadi sebenarnya telah menjadi contoh
nyata dari pelajar Indonesia yang memiliki dimensi berkebhinekaan global. Dimensi
tersebut penting untuk dimiliki para pelajar kita sebagai modal bagi mereka
untuk menghadapi dunia kelak dengan berbagai situasi dan keragaman yang tak
bisa dihindari. Mereka bisa tetap memiliki identitas diri dan menempatkan
dirinya sebagai sosok yang dapat berinteraksi secara positif dan menjadi
pembawa damai ketika hidup berdampingan dengan orang lain.
Jika kita rangkum sebenarnya ada empat
elemen penting dalam dimensi ini. Keempat elemen tersebut tentu perlu
dipahami dan dibangun secara utuh dan berkesinambungan sambil mempertimbangkan
konteks masyarakat yang ada di sekitar murid kita.
Jika Ibu dan Bapak guru menemukan
situasi yang homogen, peran kita justru menjadi pemberi paparan yang luas
tentang kebhinekaan. Sebaliknya jika situasi yang ada sudah kaya akan keragaman,
Ibu dan Bapak guru dapat membangun dimensi ini sembari mempraktikkan langsung.
Dengan membangun keempat elemen tersebut secara positif niscaya akan lahir
profil pelajar Indonesia yang akan terus memegang teguh nilai-nilai luhur
Pancasila dan semangat nasionalisme serta turut berperan aktif dalam mewujudkan
masyarakat yang adil demokratis, inklusif dan berkelanjutan. Mereka akan
menjadi sosok yang bangga menjadi Indonesia tanpa stereotip intoleransi dan
kekerasan terhadap kelompok yang berbeda dari dirinya.
Selamat belajar Ibu dan Bapak
guru hebat, salam dan bahagia …
Komentar
Posting Komentar