Modul 5: Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan - Peran Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Modul PMM Topik dan Pelatihan: Merdeka Belajar
Peran Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Selamat datang kembali di modul “pendidikan
yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan”. Kali ini kita akan mengulas
materi tentang peran alam keluarga alam perguruan dan alam pergerakan pemuda
atau masyarakat dalam pendidikan agar kita dapat memahami peran ketiga alam
tersebut dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran.
Momen menjalani pendidikan di
lembaga sekolah merupakan momen yang dinanti-nantikan bagi sebagian orang tua
untuk memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Ada orangtua yang benar-benar
menyerahkan segala urusan didik mendidik murid kepada guru dan sekolah sebagai
satu-satunya wadah karena kesibukannya bekerja. Tetapi ada juga orang tua yang
ikut proaktif mendampingi tumbuh kembang anaknya dengan berkolaborasi dengan
guru dan sekolahnya agar apa yang diberikan guru disekolah selaras dengan apa
yang dilatihkan di rumah. Tidak jarang orangtua menganggap guru sebagai faktor
utama keberhasilan belajar murid sehingga guru dianggap berhak melakukan apapun
kepada murid asalkan murid berhasil dididik dalam belajarnya. Seakan-akan beban
berat hanya ada di punggung guru dalam mendidik murid padahal orangtua atau
keluarga lah yang menjadi contoh teladan dan berkewajiban mendidik anak-anaknya.
Selain itu bagian yang juga berdampak pada perkembangan murid adalah lingkungan
sekitar atau masyarakat karena disanalah murid berperan dan berinteraksi
langsung menjadi bagian dari masyarakat. Maka apa yang dapat kita lakukan
sebagai pendidik agar lingkungan pembelajaran murid memberikan dampak dan
berkontribusi terhadap tumbuh-kembang murid?
Trisentra pendidikan adalah tiga
wadah dasar proses pembentukan pendidikan murid yang terdiri dari alam keluarga
alam perguruan dan alam pergerakan pemuda atau komunitas atau masyarakat. Ketiganya
berperan dan berkontribusi mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan murid. Kita tidak cukup hanya membantu murid dengan wawasan ilmu
pengetahuan dan teladan sikap, tetapi juga dapat membantu murid untuk dapat
menemukan suasana atau atmosfer dimana ia hidup dan berada.
Guru bersama orangtua membantu
murid untuk menemukan dan memiliki budi pekerti luhur yang siap digunakan dalam
mengembangkan rasa sosial murid di lingkungan dimana ia berada maka hubungan
antara alam keluarga alam perguruan dan alam pergerakan pemuda atau masyarakat
perlu dikuatkan dan diwujudkan dalam pembelajaran murid-murid kita sekarang.
Mari kita bahas satu persatu
wadah dasar proses pendidikan tersebut. Pertama, yaitu alam keluarga. Pada
alam keluargalah anak mendapatkan dasar pendidikan budi pekerti dan pendidikan
sosial karena secara naluri baik disadari atau tidak manusia memiliki kecakapan
dan keinginan untuk mendidik anak-anaknya secara rohani dan jasmani. Sebagai
contoh kasih saying, cinta dan perasaan-perasaan lain dapat tumbuh dalam hidup
keluarga anak yang berperan penting menumbuhkan pendidikan budi pekerti yang
kuat. Pendidikan sosial juga dapat muncul dan tercermin dari interaksi antar anggota
keluarga seperti tolong-menolong antar mereka, membantu dan menjaga anggota
keluarga yang sedang sakit, bersama-sama menjaga kebersihan dan ketertiban
dalam keluarga dan lainnya menjadi model pendidikan sosial yang berasal dari
alam keluarga. Keluarga disini bukan berarti keluarga inti ayah, kakak dan adik
saja melainkan lebih luas dari itu yaitu orang-orang dewasa yang merawat
memelihara melindungi dan peduli terhadap tumbuh kembang anak.
Kedua, adalah alam perguruan.
Alam perguruan ini meliputi semua jenis dan bentuk satuan pendidikan yang
berperan dalam mengembangkan kecakapan berpikir murid. Ki Hadjar Dewantara
menyebutnya dengan Balai Wiyata, disinilah kecakapan murid dapat terus
diasah melalui pendidikan intelektual akan tetapi Ki Hadjar juga mengingatkan
kita bahwa semakin cakap kemampuan berpikir dan luasnya pengetahuan semakin
kuat pula ego dan budi keduniawian atau materialisme. Akibatnya dapat
menghasilkan jiwa antisosial murid. Oleh karena itu alam perguruan sebisa mungkin
dapat selaras dan berkesinambungan dengan hidup alam keluarga dan tidak boleh
terpisah agar murid mendapatkan kecerdasan kecakapan berpikir dan juga
kecakapan sosial emosional. Alam perguruan atau Balai Wiyata yang dulu menjadi
tempat satu-satunya mengasah kecakapan intelektual saat ini bentuk dan cara
menuntun murid pun menyesuaikan zaman sebagai contoh guru menyelenggarakan
pembelajaran daring dengan menggunakan berbagai media, murid mencari tahu
informasi dan pengetahuan yang membuatnya penasaran melalui mesin pencari pada
gawai nya. Kemudian didiskusikan bersama guru dan teman-temannya, maka guru
perlu memahami konteks kebutuhan dan cara belajar murid pada masa sekarang juga
sekaligus menjadi mitra kolaborasi dengan keluarga.
Dan yang ketiga yaitu alam
pergerakan pemuda atau masyarakat. Alam pergerakan pemuda atau masyarakat
inilah sebagai penguat pendidikan baik itu untuk kecerdasan budi pekerti dan
sosial-emosional murid. Masyarakat merupakan lingkungan pembelajaran murid atau
dapat dikatakan sebagai laboratorium pendidikan murid, menumbuh kembangkan apa
yang telah ia dapat di keluarga dan perguruan. Di masyarakat pula murid
membangun koneksinya dengan lingkungan dan alam sekitar dimana ia berada untuk
mengetahui siapa dirinya dan perannya di dalam masyarakat. Sama dengan apa yang
terjadi pada alam perguruan,majunya teknologi terhubungnya setiap warganegara
dengan warganegara lain melalui jaringan internet membuat kita berpikir kembali
tentang definisi alam masyarakat yang semakin meluas. Tidak hanya berada
dilingkungan sekitar tetapi juga meluas bagian dari dunia yang tanpa sekat. Hadirnya
teknologi juga membuat terbentuknya wadah-wadah baru dalam proses pendidikan
murid, proses belajar murid. Sebagai contoh alam digital atau maya, alam
algoritma, alam data dan wadah atau alam-alam lain yang dibentuk dari majunya
teknologi mempengaruhi cara belajar, berperilaku dan aktualisasi diri
murid-murid kita. Maka bukan hanya definisi alam pemuda atau masyarakat yang
semakin luas melainkan juga cara pandang kita sebagai pendidik dalam memahami bagaimana
murid terhubung dengan lingkungannya.
Sebagai contoh keluarga
menanamkan nilai kemandirian pada anak sejak dini artinya sedapat mungkin anak
diberi kepercayaan untuk dapat mengeksplorasi dan mengerjakan banyak hal secara
mandiri. Selain itu, keluarga juga menanamkan prinsip-prinsip kolaborasi, keterbukaan
dan dialog. Orangtua atau keluarga dapat membantu anak untuk mencari
sumber-sumber pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Apabila
kemudian menemui kesulitan maka orangtua bisa mengajak anak untuk
mendiskusikannya bersama guru di sekolah. Apabila kemudian pengetahuan dan
pengalaman guru di sekolah belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan belajar
anak maka bisa bersama-sama bertanya atau mencari narasumber lain yang ada di
sekitar. Guru dan murid dapat belajar bersama menggunakan mesin pencari dan
sarana lain yang ada diluar sana yang bisa membantu memfasilitasi kebutuhan
belajar anak
Ibu dan Bapak guru, mari kita
refleksikan bersama!
Apakah kita sudah memahami peran
keluarga perguruan dan masyarakat dan menerapkannya dalam pembelajaran yang
kita rencanakan?
Lalu apa yang dapat kita lakukan
untuk dapat mempraktikkan peran-peran tersebut dalam proses pembelajaran untuk
murid-murid kita?
Semangat belajar Ibu dan Bapak
guru hebat
Salam dan bahagia …
Komentar
Posting Komentar